Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kazakhstan Siap Buka Jalan Kerja Sama yang Lebih Besar dengan Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Kazakhstan untuk Indonesia, H. E. Mr. Daniyar Sarekenov, mengatakan kebijakan dalam dan luar negeri yang diambil Kazakhstan telah membuka pintu untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia, terutama di bidang ekonomi.

Dia pun menyampaikan, ada tren positif yang signifikan dalam volume perdagangan bilateral baru-baru ini.

Jika tahun lalu omset perdagangan adalah 174,2 juta dollar AS (tingkat pertumbuhan lebih dari 100 persen), selama 10 bulan pada tahun ini meningkat sebesar 83 persen menjadi 295,4 juta dollar AS.

Sarekenov menyebut, pada Agustus lalu, Kazakhstan sudah membuka Konsulat Kehormatan Kazakhstan di Surabaya, Jawa Timur sebagai jembatan untuk menghubungkan kalangan bisnis dari negara mereka dengan Indonesia.

Forum pedagangan dan investasi Kazakhtan-Indonesia ke-1 juga telah berhasil diadakan pada waktu yang sama.

Sementara, pada September 2022, Kazakhstan telah menyelenggarakan perjalanan bagi Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) ke Kazakhstan untuk mempromosikan pariwisata.

Sedangkan mekanisme utama untuk merampingkan realisasi potensi ekonomi, tidak lain adalah dengan pembentukan Komisi Bersama Kazakhstan-Indonesia Untuk Kerja Sama Ekonomi.

"Beberapa langkah direncanakan akan dilakukan tahun depan bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia," jelas Sarekenov dalam keterangan tertulis yang dikirim kepada Kompas.com, Selasa (27/12/2022).

Dia menjelaskan, upaya Kazakhstan akan difokuskan pada bidang konkret, yakni memperkuat kerangka hukum, investasi, minyak dan gas, industri pertambangan dan manufaktur, sektor keuangan, logistik, serta perawatan kesehatan.

"Selain itu, banyak pekerjaan yang dilakukan dalam interaksi yang erat dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Kami mencoba mengkonsolidasikan eksportir dan pengusaha Kazakhstan dan Indonesia pada satu platform web untuk komunikasi operasional, menerbitkan informasi tentang produk, proyek, pesanan, rute logistik, dan lain sebagainya," terang Sarekenov.

Pada kuartal kedua tahun 2023, pihaknya mengharapkan kunjungan KADIN ke Kazakhstan untuk mengadakan Forum Perdagangan dan investasi Kazakhstan-Indonesia ke-2 dan membentuk Dewan Bisnis Kazakhstan-Indonesia.

Di samping itu, Sarekenov menjelaskan, Kazakhstan juga bertujuan untuk lebih mengembangkan interaksi budaya dan mendorong warga kedua negara melakukan perjalanan agar mengetahui lebih banyak tentang satu sama lain

"Ini akan menciptakan saling pengertian dan rasa hormat terhadap sejarah, budaya, dan peradaban masing-masing serta keindahan dan sifat kedua negara," ucap dia.

Secara umum, Sarekenov melihat, perkembangan hubungan Kazakhstan-Indonesia di masa depan memiliki potensi yang sangat besar.

"Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil menguntungkan hubungan bilateral," kata dia.

Sarekenov menegaskan, ketika dunia sedang dihadapkan pada tantangan yang terkait dengan kesulitan geopolitik dan ekonomi saat ini, kerja sama yang lebih erat antara Kazakhstan dan Indonesia menjadi penting.

"Kami bertekad untuk memperkuat hubungan kami dengan Indonesia di tahun mendatang, yang menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara negara-negara kami. Kami telah menetapkan dasar yang kuat untuk memperluas kerja sama kami. Saya memiliki setiap alasan untuk percaya bahwa kita akan mencapai tujuan kita bersama-sama karena kita berbagi keinginan untuk ikatan yang kuat," jelas dia.

Dunia menghadapi kesulitan tahun ini

Sarekenov menyampaikan, dunia telah menghadapi banyak kesulitan pada tahun 2022.

Beberapa kesulitan itu akrab, sedangkan yang lain mungkin tidak pernah terbayangkan akan terjadi setahun yang lalu.

Dia berpendapat, situasi di Ukraina khususnya, telah memengaruhi seluruh dunia, termasuk secara tidak langsung menyebebkan kemerosotan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang meresahkan.

Sarekenov mengatakan, efek samping perang telah berdampak pada semua ekonomi, termasuk Kazakhstan, dan bahaya resesi di seluruh dunia serta inflasi yang meroket merusak sentimen bisnis di wilayah Asia Tengah.

"Kazakhstan bisa berbalik ke dalam dengan latar belakang yang sulit ini, terutama mengingat peristiwa tragis yang terjadi di negara kami pada Januari 2022, ketika kami menghadapi upaya kudeta melalui kekerasan bersenjata," ucap dia.

Sarekenov menyebut, pada saat itu banyak orang skeptis bahwa Kazakhstan akan pulih.

Beberapa mempertanyakan apakah hal itu akan tercapai, terlepas dari janji dan komitmen kuat pemerintah untuk reformasi, demokratisasi, dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berkelanjutan.

"Ketika kami mendekati akhir tahun yang bergejolak ini, kami dapat dengan yakin menyatakan bahwa Kazakhstan telah menepati janjinya. Kami telah mengubah negara kami melalui inisiatif politik dan sosial ekonomi yang signifikan, selain menunjukkan ketahanan dan stabilitas kami," kata dia.

Referendum nasional

Setelah referendum nasional pada bulan Juni, Kazakhstan menerapkan amandemen konstitusi untuk mengurangi kekuasaan Presiden, parlemen yang lebih berpengaruh, Mahkamah Konstitusi independen, membuat partai politik baru, pemilihan langsung Walikota, dan perubahan penting lainnya.

Pada bulan November, Kazakhstan pun telah mengadakan pemilihan presiden di bawah konstitusi baru.

Itu berarti bahwa semua kepala negara di masa depan, termasuk Presiden Kassym-Jomart Tokayev saat ini, akan menjalani masa jabatan tujuh tahun tanpa hak untuk dipilih kembali.

"Pemilu yang adil dan transparan telah menjadi tonggak penting dalam pembangunan demokrasi negara kami," ucap Sarekenov.

Dia menyampaikan, peristiwa kerusuhan Kazakhstan pada Januari lalu juga telah memberikan pelajaran berharga.

"Banyak dari mereka yang mengambil bagian dalam kerusuhan diberikan amnesti. Selain itu, langkah-langkah konkret diambil untuk mencegah pelanggaran HAM," katanya.

Sarekenov mengeklaim, upaya kolektif Pemerintah Kazakhstan selama 12 bulan terakhir telah berkontribusi pada pengembangan Kazakhstan yang adil, mendorong kemakmuran masyarakat, dan menciptakan sistem politik yang lebih bersemangat, dinamis, serta kompetitif.

"Kazakhstan akan memiliki tahun penting lainnya pada tahun 2023. Dalam enam bulan pertama, akan ada pemilihan parlemen. Sebelum pemilihan, sejumlah partai politik baru telah muncul, menambah pluralitas politik dan persaingan. Di daerah pemilihan mandat tunggal, kandidat independen juga akan memenuhi syarat untuk mencalonkan diri untuk pertama kalinya dalam 18 tahun," jelas dia.

Sarekenov menyampaikan, selagi memperbaiki kondisi di dalam negeri, Kazakhstan tak pula melupakan kewajiban internasionalnya.

Pada Oktober lalu, Kazakhstan telah menjadi tuan rumah KTT Ke-6 konferensi tentang interaksi dan tindakan membangun kepercayaan di Asia, yang didirikan 30 tahun lalu untuk meningkatkan kerja sama bagi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Asia.

Pada bulan yang sama, Kepala Negara Asia Tengah bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Astana. Itu bertepatan dengan peringatan 30 tahun pembentukan hubungan diplomatik antara negara-negara Asia Tengah dan Uni Eropa, yang bersifat simbolis.

Kazakhstan juga telah mengadakan Kongres VII para pemimpin dunia dan agama tradisional sebulan sebelumnya.

"Kunjungan pertama Paus Fransiskus sebagai Kepala Gereja Katolik ke Kazakhstan sejak Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2001 menampilkan lebih dari 100 delegasi dari 50 negara. Pada saat yang sama, kami menyambut Presiden China Xi Jinping, yang perjalanan pertamanya ke luar negeri setelah pandemi Covid-19 adalah kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan," terang dia.

https://www.kompas.com/global/read/2022/12/27/120000370/kazakhstan-siap-buka-jalan-kerja-sama-yang-lebih-besar-dengan-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke