Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Keberhasilan Maroko Tembus Semifinal Piala Dunia dan 'Kebangkitan' Sepak Bola Afrika

Kompas.com - 14/12/2022, 22:00 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

QATAR, KOMPAS.com - Keberhasilan Maroko menjadi tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia 2022 bisa "membangkitkan" gairah sepak bola di benua tersebut, menurut salah satu pejabat di induk sepak bola Afrika.

Dijuluki “Singa Atlas,” tim nasional (timnas) Maroko mengukir sejarah dengan mengalahkan Portugal 1-0 pada Sabtu (10/12/2022).

Sementara laga empat Piala Dunia Qatar antara Maroko vs Perancis (juara Piala Dunia 2018) bakal diadakan di Stadion Al Baytpada Kamis (13/12/2022) dini hari waktu Indonesia. 

Baca juga: Maroko Mewakili Mimpi Afrika dan Arab

Namun, Veron Mosengo-Omba, sekretaris jenderal Konfederasi Sepak bola Afrika (CAF) mengatakan perlu lebih banyak investasi dan sumber daya bagi negara-negara di Afrika untuk bisa menyamai Maroko.

"Maroko membuktikan bahwa adalah mungkin bagi Afrika mengirim lebih banyak negara di semifinal bahkan final Piala Dunia," kata Mosengo-Omba kepada BBC Sport Afrika.

"Pencapaian Maroko, tentu saja, akan membangkitkan semangat seluruh benua Afrika. Tapi membangkitkan semangat dan memimpikan saja tidak cukup untuk menumbuhkan (permainan) dan membuat sepak bola Afrika lebih kompetitif untuk memenangkan Piala Dunia.

"Perlu aksi nyata dan upaya jangka panjang."

Baca juga: Dunia Arab Gembira Maroko Lolos Perempat Final Piala Dunia, Pemimpin Qatar hingga Ulama Syiah Sampaikan Selamat

Investasi besar Maroko

Meskipun skuad Maroko berisi sejumlah pemain yang lahir di luar negeri, tapi sebagian besar keberhasilan mereka berasal dari dukungan besar dari federasi sepak bola Maroko (FMRF), baik dari sisi emosional maupun keuangan.

FMRF berinvestasi dalam jumlah besar kepada timnas Maroko.

Bahkan, federasi itu secara khusus mengalokasikan Rp 312 miliar kepada timnas sepak bola perempuan selama periode empat tahun belakangan.

Ini merupakan contoh dukungan konkret FMRF untuk kemajuan sepak bola negaranya.

Dukungan itu membantu timnas sepak bola perempuan Maroko mencapai laga final Piala Afrika, serta lolos kualifikasi Piala Dunia Sepak bola Perempuan awal tahun ini.

Timnas putra Maroko juga disokong dengan fasilitas lengkap di kompleks pelatihan Mohamed VI yang tak tertandingi di benua tersebut.

"Maroko adalah contoh untuk ditiru," tambah Mosengo-Omba sebagaimana dilansir BBC Indonesia.

Baca juga: 2.000 Migran dari Maroko Serbu Wilayah Enklave Spanyol Picu Bentrokan Berdarah, Tewaskan Puluhan Jiwa

Menurutnya, pemerintah dan federasi bekerja bahu membahu dalam pengembangan infrastruktur sepak bola dan program pelatihan.

"Selain itu, CAF dan anggotanya juga harus terus meningkatkan praktik tata kelola pemerintahan yang baik untuk menerapkan niat yang baik."

Timnas Maroko hanya kebobolan satu gol dalam delapan pertandingan sejak Walid Regragui menyandang jabatan pelatih pada Agustus lalu.

GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Timnas Maroko hanya kebobolan satu gol dalam delapan pertandingan sejak Walid Regragui menyandang jabatan pelatih pada Agustus lalu.

Kepercayaan diri

Sebelum Piala Dunia di Qatar, hanya Kamerun (1990), Senegal (2002) dan Ghana (2010) yang mampu melangkah setidaknya sampai babak perempat final.

Tapi kemenangan Maroko di Stadion Al Thumama minggu lalu telah mengubah sejarah itu.

Pelatih timnas Maroko, Walid Regragui, yang baru menduduki posisi pelatih pada Agustus, mengatakan kepercayaan diri merupakan faktor penting dalam perjalanan anak asuhnya mencapai posisi empat besar.

Timnas Maroko lolos dari grup yang berisikan tim besar yaitu peringkat kedua dunia Belgia dan Kroasia yang menjadi runner-up Piala Dunia 2018. Di babak 16 besar, Maroko menekuk juara Piala Dunia 2010, Spanyol.

"Semua orang mengira kami akan tersingkir di babak pertama," kata pria 47 tahun itu.

Baca juga: Oasis di Maroko Menyusut karena Perubahan Iklim

Meski begitu, dia mengingatkan anak asuhnya bahwa timnya pun tak kalah karena memiliki pemain elite, seperti Hakim Ziyech di Chelsea, Noussair Mazraoui di Bayern, Achraf Hakimi di Paris St-Germain.

"Kami memiliki pemain-pemain di klub top, dan kami memiliki tim yang dapat menang di pertandingan Piala Dunia, dan itulah yang saya coba sampaikan kepada tim.”

“Kami harus percaya diri, tampil, dan memberikan segalanya tanpa penyesalan, dan mereka percaya pada saya.”

"'Kamu ke Piala Dunia bukan hanya untuk bermain sampai tiga pertandingan'. Pesan saya ini diteruskan ke tim, negara saya dan sekarang ke benua Afrika."

Sementara itu, Regragui mengaku ia diliputi emosi usai kemenangan melawan Portugal.

"Menurut saya ini pertama kalinya saya menangis dalam sebuah pertandingan," kata mantan bek yang 45 kali membela timnas Maroko.

Baca juga: Buntut Kasus Rayan, Maroko Akan Cek Sumur-sumur Terbengkalai dan Ilegal

"Saya berusaha untuk mengendalikan emosi, karena saya harus menunjukkan contoh pada tim sana, dan menunjukkan bahwa secara mental saya kuat.”

"Bagaimana pun, saya adalah pelatih. Tapi terkadang, terlalu banyak (emosi) ketika kami mencapai semifinal Piala Dunia. Terkadang emosi meluap begitu saja.”

"Saya akan berbohong jika saya mengatakan bahwa sejak semula saya benar-benar berpikir kami akan mencapai ke semifinal. Saya tak bisa menahan air mata ini tumpah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com