Kebakaran Urumqi adalah mimpi buruk bagi banyak orang China yang ditempatkan dalam pembatasan dalam beberapa bulan terakhir - terkunci di apartemen tanpa ada cara untuk melarikan diri, menurut beberapa laporan. Pihak berwenang telah membantah hal ini, tetapi hal itu tidak menghentikan kemarahan dan kecemasan publik.
Kejadian tersebut telah menjadi titik kritis terbaru dalam kefrustrasian yang kian memuncak. Jutaan orang lelah dengan pembatasan pergerakan selama tiga tahun dan tes Covid setiap hari.
Kemarahan telah menyebar ke seluruh penjuru China, dari kota-kota besar hingga daerah-daerah yang jauh seperti Xinjiang dan Tibet. Setiap bagian masyarakat lantas bergerak memprotes, termasuk mahasiswa muda, pekerja pabrik, dan warga awam.
Baca juga: 10 Orang Tewas akibat Kebakaran Apartemen di China
Ketika kemarahan ini tumbuh, aksi protes terhadap kebijakan pembatasan penularan Covid menjadi pemandangan yang semakin umum. Kendati demikian, demonstrasi akhir pekan ini tidak biasa, baik dalam jumlah pengunjuk rasa maupun keterusterangan mereka terhadap pemerintah dan Presiden Xi Jinping.
Turun ke jalan secara massal sembari menyerukan Presiden Xi untuk mundur dianggap tidak terpikirkan belum lama ini. Tapi setelah aksi protes dramatis di jembatan Beijing baru-baru ini yang mengejutkan banyak orang, batasan baru tampaknya telah ditetapkan dalam hal menyuarakan perbedaan pendapat yang lebih terbuka dan lebih tajam.
Ada sejumlah demonstran yang memilih untuk mengibarkan bendera China dan menyanyikan lagu kebangsaan - liriknya mendukung cita-cita revolusioner dan mendesak orang-orang untuk "bangkit, bangkit".
Ini menunjukkan patriotisme yang juga dapat dibaca sebagai ekspresi solidaritas yang tajam dengan sesama warga China yang menderita di bawah kebijakan nol-Covid ala Xi Jinping - dan seruan untuk bertindak.
Baca juga: Lagi, China Laporkan Rekor Baru Kasus Covid-19 Harian
Protes tersebut adalah aksi terbaru dari serangkaian demonstrasi massa menentang langkah-langkah nol-Covid China yang juga semakin berani mengkritik pemerintah dan Presiden Xi.
Di antara negara-negara ekonomi utama dunia, China adalah yang masih menerapkan strategi nol-Covid. Sebagian alasannya karena tingkat vaksinasi China yang relatif rendah dan upaya untuk melindungi orang lanjut usia.
Lockdown secara mendadak telah menyebabkan kemarahan di seluruh negeri - dan pembatasan Covid secara lebih luas telah memicu protes kekerasan baru-baru ini dari Zhengzhou hingga Guangzhou.
Terlepas dari langkah-langkah ketat, jumlah kasus China minggu ini mencapai rekor sepanjang masa sejak pandemi dimulai.
Baca juga: Daftar Negara Teratas Tujuan Ekspor Batu Bara Indonesia, China Terbesar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.