Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika KTT G20 Indonesia Buntu, Isunya Akan Dibahas di India 2023

Kompas.com - 15/11/2022, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Rahka Susanto/DW Indonesia

NUSA DUA, KOMPAS.com - Berbagai persiapan jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar pada 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Bali, telah rampung.

Dari pantauan DW Indonesia, berbagai aturan diterapkan jelang KTT G20, salah satunya aturan ganjil genap yang diterapkan di area Nusa Dua untuk mengurai kemacetan selama perhelatan itu berlangsung.

Terdapat tiga isu strategis yang akan diusung Indonesia dalam presidensi G20 yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.

Baca juga: Aksi Presiden Jokowi Jadi “Sopir” Bos IMF Menuju Makan Siang Jeda KTT G20...

Salah satu isu penting yang juga menjadi sorotan global mengenai perang Rusia dan Ukraina yang sudah berlangsung selama 9 bulan.

"Kita tidak beralih dari tiga tema utama G20, kita tahu bahwa G20 adalah forum kerja sama ekonomi dan multilateral, tema-tema yang diusung terkait persoalan ekonomi. Bisa saja nanti diperluas di dalam sesi-sesi itu."

"Misalnya ancaman krisis pangan, atau ancaman krisis energi, dan ancaman krisis ekonomi. Termasuk mungkin isu geopolitik yang berdampak pada masalah ekonomi,” papar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong kepada DW Indonesia.

Makna absennya Putin di G20

KTT G20 dihadiri oleh 17 kepala negara dan pemerintahan yang mewakili 20 negara dengan ekonomi besar di dunia.

Dalam pernyataan persnya, Presiden Joko Widodo menyebut kehadiran 17 kepala negara dan pemerintahan menjadi hal yang "sangat menggembirakan, di masa yang sangat sulit seperti sekarang ini.”

Meski demikian, Presiden Rusia Vladmir Putin tidak hadir dalam pertemuan tahunan tersebut. Rusia mengirimkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk hadir pada KTT G20.

Sejumlah analisis menilai absennya Putin pada KTT G20 sebagai bentuk melindungi diri dari ketegangan tingkat tinggi dan desakan negara-negara Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri pertemuan G20 di Bali. Ketidakhadiran Putin dikonfirmasi Kremlin sebagai kebutuhan untuk berada di Federasi RusiaEPA/MAXIM SHIPENKOV via DW INDONESIA Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghadiri pertemuan G20 di Bali. Ketidakhadiran Putin dikonfirmasi Kremlin sebagai kebutuhan untuk berada di Federasi Rusia
Namun, Presiden Joko Widodo menyebut kemungkinan partisipasi Putin secara virtual dalam pertemuan tahunan itu.

Opsi untuk hadir secara virtual dipilih Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Kehadiran Zelensky secara virtual disampaikan oleh Jubir Kepresidenan Ukraina Sergii Nykyforov sebagai hadir "dalam format tertentu".

Sebagai presidensi G20, Indonesia telah berupaya untuk mengundang Putin dan Zelensky dalam KTT G20 di Bali. "Itu sudah kita upayakan, ketika Jokowi berangkat ke Ukraina dan juga Rusia,” ungkap Usman Kansong.

Baca juga: Tampil Khas dengan Kaus Hijau Tentara, Zelensky Bicara di KTT G20 soal Mengakhiri Perang Rusia

Langkah Jokowi dalam menanggulangi perang Rusia-Ukraina dinilai Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira sebagai langkah extraordinary.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com