Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Black Itaewon Hallowen, Cardiac Arrest, dan Rasa Kehilangan

Kompas.com - 31/10/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mereka melihat sebagian orang-orang terjepit begitu rapat ke dalam gang sehingga petugas darurat tidak bisa mengeluarkan mereka dari kerumunan yang penuh sesak.

Mereka kemudian berusaha membantu beberapa korban dengan menariknya keluar dari tekanan dan membawanya ke tempat yang aman sehingga petugas tanggap darurat dapat memberikan bantuan pernapasan.

Para korban mereka tempatkan di klub terdekat yang mulai buka menampung para korban. Sehingga memenuhi lantai klub dengan orang-orang yang digeletakkan di lantai.

Tumpukan orang yang panik karena tak menemukan jalan keluar atau tak bisa bertahan dari desakan dalam kondisi jalan yang miring membuat mereka menjadi korban pertama yang terjatuh, ditambah dengan teriakan kepanikan yang menenggelamkan semua suara, sehingga tak bisa lagi berkomunikasi untuk mengatasinya.

Distrik identik Hallowen

Distrik Itaewon yang menjadi episentrum tragedi Hallowen adalah kawasan kehiduan malam di Korea Selatan.

Pesta Halloween yang dipadati pengunjung muda berusia 20 tahunan dan dewasa muda dengan cepat menjadi kerumunan besar massa yang memadati gang sempit berubah mencekam karena membuat massa tak bisa bergerak di tengah desakan, mengakibatkan para remaja terutama perempuan berada dalam posisi terjepit.

Puncak keramaian ini terjadi karena ini adalah acara Halloween pertama di Seoul dalam tiga tahun setelah Korsel mencabut pembatasan Covid-19 dan social distancing. Larangan memakai masker dicabut dan menimbulkan euphoria kegembiraan yang meledak.

Sehingga akumulasi massa yang selama ini terbelenggu covid memanfaatkannya sebagai kesempatan bebas untuk pertama kalinya. Sehingga akumulasi pengunjung mencapai 100.000 orang di distrik Itaewon yang sempit dan memiliki kontur jalanan miring.

Sejak keluar dari kereta dan stasiun pengunjung sudah ramai dan padat, begitu juga dengan deretan toko-toko sehingga pengunjung sudah mulai sulit berjalan santai.

Belum lagi karena sebagian besar pengunjung pesta Halloween di Korea mengenakan topeng dan kostum Halloween yang semakin mengurangi keleluasaan gerak ketika berdesakan.

Seperti menurut penuturan Alleciangeline, seorang warga Indonesia dalam video yang menceritakan bahwa di Korea, Hallowen benar-benar dirayakan. Banyak orang memakai kostum party dan biasanya party itu identik dengan perayaan Hallowen di Itaewon.

Situasi semakin memburuk menjelang malam. Beberapa saksi menggambarkan kerumunan semakin tidak terkendali dan cemas saat malam semakin larut. Dan puncak tragedi itu terjadi pada pukul 22.20 waktu setempat.

Sebagian dari mayat yang kemudian ditemukan dari kerumunan di dekat kelab malam diperkirakan mengalami henti detak jantung, serangan jantung yang mematikan karena desakan yang masif di lorong sempit tersebut.

Korban yang diperkirakan tewas dalam Tragedi Halloween di Itaewon, pada Sabtu malam waktu setempat, telah mencapai angka 151 orang.

Ratusan orang mengalami serangan henti jantung setelah ribuan orang berdesakan memadati jalan sempit di distrik Itaewon, tanpa kendali. Apalagi insiden itu terjadi menjelang larut malam pukul 22.20 (1320 GMT), yang semakin sulit dikendalikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com