Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saifullah Paracha, Narapidana Tertua Guantanamo Dibebaskan Setelah 19 Tahun Dipenjara Tanpa Persidangan

Kompas.com - 30/10/2022, 21:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Saifullah Paracha, narapidana tertua di Guantanamo yang dikelola Amerika Serikat (AS) di Kuba, dibebaskan ke negara asalnya Pakistan setelah 19 tahun ditahan tanpa pengadilan.

“Kementerian Luar Negeri menyelesaikan proses antar-lembaga yang ekstensif untuk memfasilitasi pemulangan Paracha,” kata kementerian negara Asia Selatan itu dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (29/10/2022) sebagaimana dilansir Al Jazeera.

“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya.”

Baca juga: Nasib Tahanan Abadi di Penjara Guantanamo: 18 Jam Sehari Disiksa, Dipenjara Tanpa Pengadilan

Paracha, yang adalah seorang pengusaha, ditangkap pada 2003 di Thailand dan dituduh mendanai kelompok bersenjata. Pria ini tetap mempertahankan pernyataannya bahwa dia tidak bersalah.

Pada Mei, AS menyetujui pembebasan Paracha yang hanya menyimpulkan bahwa dia “bukan ancaman berkelanjutan” bagi AS.

Seperti kebanyakan tahanan di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo, Paracha (berusia 74 atau 75 tahun) tidak pernah didakwa secara resmi dan memiliki sedikit kekuatan hukum untuk menentang penahanannya.

Penjara militer rahasia AS didirikan setelah serangan 9/11, untuk menahan tersangka anggota Al Qaeda yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan pada 2001.

Tetapi dari 780 narapidana yang ditahan selama periode yang disebut "perang melawan teror" AS, 732 dibebaskan tanpa tuduhan.

Banyak dari mereka dipenjara selama lebih dari satu dekade tanpa sarana hukum untuk menentang penahanan mereka.

Baca juga: 20 Tahun Penjara Guantanamo AS: Penuh Ketidakadilan dan Penyiksaan, Didesak Ditutup

Hampir 40 tahanan tetap berada di fasilitas penahanan paling terkenal di dunia, yang telah menjadi simbol pelanggaran hak asasi manusia tersebut.

Kepulangan Paracha ke negaranya pada Sabtu (29/10/2022) terjadi setelah Presiden AS Joe Biden tahun lalu menyetujui pembebasannya, bersama dengan seorang warga negara Pakistan lainnya Abdul Rabbani (55 tahun), dan penduduk asli Yaman Utsman Abdul al-Rahim Uthman (41 tahun).

Biden berada di bawah tekanan untuk membersihkan tahanan yang tidak didakwa di Guantanamo dan melanjutkan persidangan mereka yang dituduh memiliki hubungan langsung dengan Al Qaeda.

Di antara sekitar 40 narapidana yang tersisa adalah beberapa pria yang diduga memiliki peran langsung dalam serangan 9/11 dan serangan Al Qaeda lainnya.

Paracha, yang mengenyam pendidikan di AS, memiliki bisnis ekspor-impor yang memasok pengecer besar AS.

Pihak berwenang AS menuduhnya melakukan kontak dengan tokoh Al Qaeda, termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed.

Baca juga: Penjara Guantanamo, 20 Tahun Kekejaman dan Pelanggaran HAM

Pada 2008, pengacara Paracha mengatakan pengusaha itu bertemu bin Laden pada 1999, dan setahun kemudian, sehubungan dengan produksi program televisi.

Reprieve, sebuah badan amal hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menggambarkan Paracha sebagai "tahanan selamanya".

Sejak pertama kali dibuka, Guantanamo menjadi terkenal karena pelanggaran hak asasi manusia dan fakta bahwa pemerintah AS tidak menganggap tahanannya berhak atas perlindungan apa pun menurut hukum internasional.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Global
Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com