Seperti Mahsa Amini, banyak perempuan lainnya di Iran, termasuk Donya pernah ditangkap polisi moralitas karena tidak mengenakan pakaian "layak".
ABC tidak mendeskripsikan detail dari kasus tersebut untuk melindungi identitas Donya.
"Mereka melemparkan saya dalam van, ini sangat menakutkan, kita bisa saja terbunuh dengan mudahnya. Waktu saya ditangkap, semua orang berteriak dan menangis. Kadang saya masih mimpi soal itu," cerita Donya.
Donya hanya bisa meminta maaf saat ditangkap, namun tetap menerima pertanyaan 'apa motif Anda?'.
Baca juga: UPDATE Demo Kematian Mahsa Amini: 5 Fakta Terbaru dari Kedubes Iran di Indonesia
"Pilihan jawabannya banyak, salah satunya 'Saya dibodohi agen berita di luar negara Iran'," kata dia.
Komite yang melindungi wartawan di Iran mengatakan setidaknya 35 wartawan sudah ditangkap karena meliput unjuk rasa tersebut.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melarang apa yang disebutnya sebagai "pemberontakan" dan menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel sebagai perencana di baliknya.
Ia mengatakan mereka yang menggelar unjuk rasa untuk "menyabotir" negara pantas mendapatkan "hukuman berat".
"Ini menciptakan perasaan jika kita tidak sendiri dan [rezim] ini harus membayar atas apa yang sudah mereka lakukan pada negara ini," ucap dia.
Donya sudah beberapa kali menangis ketika diwawancara ABC, tapi ia berharap akan ada revolusi di negaranya.
"Warga sudah tidak mau menaati lagi, orang-orang bukanlah 'warga negara baik' kalau sudah di dalam kediktatoran. Kami hidup dengan harapan dan mimpi. Kalau kami menang, kemenangan itu menjadi milik semua perempuan," ucap dia.
Tulisan ini diproduksi dan dirangkum oleh Natasya Salim dari laporan ABC dalam bahasa Inggris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.