Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Rasanya Hidup sebagai Perempuan di Iran Saat Ini

Kompas.com - 17/10/2022, 17:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

"Revolusi feminisme" yang disebutkan Donya memberinya rasa percayaan diri untuk mengunjungi kafe tanpa harus mengenakan jilbab.

Tetapi, ia pun sadar jika dirinya dihadapkan dengan risiko kematian setiap kali keluar rumah.

"Saya takut dengan nasib saya dan setiap kali keluar rumah tidak pernah tahu apakah akan kembali dengan selamat atau tidak," ucap Donya.

Baca juga: Sikap Pemerintah Indonesia di Tengah Maraknya Unjuk Rasa di Iran Pasca Tewasnya Mahsa Amini...

"Harga kebebasan adalah darah kita sendiri," katanya.

Ada Gahst-e-Ershad, istilah untuk polisi moralitas di Iran yang bertugas untuk mengawasi aturan berpakaian dengan ketat.

Para perempuan di Iran di atas usia pubertas harus mengenakan penutup kepala dan pakaian longgar di depan umum.

Setiap kali keluar rumah, Donya harus mengendap-ngendap sehingga tidak ditangkap mereka.

"Rasanya seperti berada di zona perang. Kita tidak tahu kapan unjuk rasa akan terjadi dan jika pun kita ikut-ikutan, tetap harus siap dengan apapun yang akan terjadi," kisah dia.

"Saya membawa baju tambahan di dalam tas karena mereka (penjaga) menggunakan bola cat saat unjuk rasa, sehingga mereka bisa menandai dan menangkap kita," ungkap Donya.

Ia juga selalu berhati-hati dan tidak membawa ponselnya saat meninggalkan rumah.

"Kalau mereka menangkap kami, dan melihat ponsel kami, mereka akan menggeledah isinya untuk melihat apakah kami pernah mengunggah hal buruk tentang mereka. Mereka bisa menembak kami kalau memakai ponsel saat unjuk rasa," jelas dia.

Baca juga: Minggu Keempat Protes Kematian Mahsa Amini di Iran, Demonstran: Polisi Adalah Pembunuh Rakyat

Pernah ditangkap

Pada pukul 21.00 setiap harinya, warga di sekitar rumah Donya akan mematikan lampu rumah mereka dan meneriakan "matilah ditaktor" atau "perempuan, hidup, kebebasan".

"Mereka berdiri di belakang jendela yang terbuka sehingga kami bisa mendengar mereka dari luar rumah," kata Donya.

Namun, mereka mematikan lampu sehingga tidak ada yang tahu suara itu datang dari rumah yang mana.

Teriakan itu menggelegar di sepanjang jalan dan menjadi simbol solidaritas feminisme.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com