TEHERAN, KOMAPS.com – Donya menangis terisak di dalam mobilnya di jalanan sibuk ibu kota Iran, Teheran yang dipadati mobil dan riuh suara klakson.
Ia takut kalau dirinya suatu hari ini akan dibunuh.
Donya adalah salah satu dari puluhan warga perempuan Iran yang memblokir jalanan dengan mobil di tengah berlangsungnya unjuk rasa melawan pemerintah.
Baca juga: Minggu Ke-5 Demo Kematian Mahsa Amini, Kebakaran di Penjara Iran yang Terkenal Kejam
Kelompok tersebut mengorbankan keselamatan hidup mereka demi menutup akses aparat keamanan agar tak bisa menghampiri para pengunjuk rasa di kawasan dekat sebuah universitas.
"Mereka membunuh mahasiswa kami," kata Donya sambil menangis dalam rekaman suaranya yang dikirimkan kepada ABC.
"Saya telah mengemudi ke sana dan jalan raya dipenuhi mobil, semuanya menekan klakson, berusaha menghentikan mobil polisi. Saya tidak tahu... kami hanya ingin menolong tapi mereka terus membunuh," ucap dia.
Membicarakan kejadian ini kepada media asing sangatlah berbahaya bagi Donya, yang minta namanya disamarkan.
Warga Iran yang pernah bicara ke media sebelumnya ada yang ditahan, dihukum, atau dibunuh oleh aparat militer pemerintah.
Baca juga: Video Nika Shakarami Ikut Demo Kematian Mahsa Amini Beredar, Dinyatakan Tewas Setelah Aksi
Selama beberapa bulan terakhir, ribuan warga Iran, yang kebanyakan perempuan, sudah melakukan unjuk rasa dengan meneriakkan slogan anti-pemerintah dalam pemberontakan yang disebut terparah yang pernah terjadi di negara itu.
Aksi ini dimulai pada 16 September lalu, setelah kematian Mahsa Amini (22).
Mahsa Amini meninggal dunia usai ditangkap polisi karena tidak memenuhi standar berhijab.
Para perempuan sudah berunjuk rasa dengan melepaskan jilbab mereka dan merekam diri sendiri memotong rambutnya.
Unjuk rasa yang terus terjadi ini mendorong pemerintah untuk memperkuat aparat keamanannya.
Tapi perempuan seperti Donya mengatakan, tidak akan berhenti melakukan unjuk rasa hingga negaranya sudah berubah atau revolusi terjadi.