Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menerka Langkah Putin Selanjutnya setelah Caplok 4 Wilayah Ukraina

Kompas.com - 01/10/2022, 22:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

KOMPAS.com - Langkah Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (30/9/2022) untuk mencaplok bagian selatan dan timur Ukraina di tengah perang telah meningkatkan risiko konflik.

Putin mengancam untuk membawa kampanye militer Kremlin yang sedang berjuang lebih dekat ke ambang pintu Barat.

Dilansir The Hill, langkah menakjubkan ini telah memicu aktivitas di seluruh dunia, termasuk sanksi baru AS dan Kelompok Tujuh (G7).

Baca juga: Gedung Putih Anggap Serius Ancaman Nuklir Putin, Tak Ragu Ambil Sikap

Sanksi menargetkan pejabat pemerintah dan militer Rusia dan anggota keluarga mereka.

Tetapi tindakan Putin disebut memiliki dampak yang jauh lebih luas dan jangka panjang untuk masa depan, kata para ahli.

Para ahli mengungkapkan ketidakpastian yang mendalam tentang ke mana situasi akan pergi dari sini.

“Saya pikir akan ada peringatan lanjutan karena Putin melanggar salah satu garis merah yang telah dijatuhkan. Dan menurut saya, akan ada penguatan sanksi lebih lanjut. Di luar itu, sulit mengantisipasi dengan tepat apa yang mungkin terjadi,” kata Thomas Pickering, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB dan juga Rusia.

Baca juga: Putin Justru Tuduh Barat Atur Ledakan Penyebab Pipa Nord Stream Bocor

Sebagian besar dunia, termasuk anggota G7 dan Uni Eropa, telah bersumpah untuk tidak pernah mengakui perampasan tanah, sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut langkah itu sebagai “lelucon.”

“Seluruh wilayah negara kita akan dibebaskan,” Zelensky berjanji dalam video pra-rekaman yang dirilis setelah pidato Putin.

Aneksasi tersebut jadi perampasan wilayah terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II dan terjadi ketika Putin semakin agresif dalam retorikanya karena serangan balasan Ukraina.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Rusia akan tetap berpegang pada pesan mereka bahwa mengambil wilayah paling timur Ukraina yang dikenal sebagai Donbass tetap menjadi tujuan terbatas invasi mereka, seperti yang disarankan dalam pidato Putin.

Kremlin telah berfokus untuk merebut wilayah itu sejak kampanyenya yang gagal untuk menggulingkan Kyiv, tetapi tidak jelas apakah Moskwa akan terbuka untuk mengakhiri perang jika hal itu tercapai.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-219 Serangan Rusia ke Ukraina, Putin Teken Perjanjian Caplok 4 Wilayah Ukraina, Konvoi Mobil Sipil di Zaporizhzhia Diserang

Yang juga belum ditentukan adalah perdebatan baru mengenai apakah NATO harus mengizinkan Ukraina untuk bergabung setelah negara itu mengumumkan akan mengajukan aplikasi yang dipercepat ke aliansi militer.

Amerika Serikat dengan cepat mendesak agar proses semacam itu “harus dilakukan pada waktu yang berbeda”, menurut penasihat keamanan nasional Jake Sullivan.

Jonathan Katz, direktur Inisiatif Demokrasi dan rekan senior di Dana Marshall Jerman AS, mengatakan tawaran NATO Ukraina adalah aplikasi serius.

Baca juga: Putin: Rusia Tidak Berusaha Ciptakan Uni Soviet Lagi

Apalagi ini dilakukan setelah pidato Putin dan di tengah upaya putus asa yang sedang berlangsung untuk membuat keuntungan dalam perang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com