Penulis: VOA Indonesia
ROMA, KOMPAS.com - Italia bersiap memiliki pemerintahan sayap kanan pertama sejak Perang Dunia II.
Hal ini terjadi setelah Giorgia Meloni terpilih sebagai perdana menteri perempuan pertama di negara tersebut.
“Akhirnya ada perubahan, karena sudah berapa tahun berlalu tak ada perubahan. Akhirnya kita memiliki seorang pemimpin baru. Harapannya, tindakan sosok ini koheren dengan ucapannya. Kita tunggu!” kata Valerio Reali, seorang mahasiswa.
Baca juga: Pemilu Italia: Arti Kemenangan Koalisi Kanan-Tengah Giorgia Meloni
Sementara seorang ibu rumah tangga, Federica Piccirillo mengaku tidak memilih Giorgia Meloni tapi tak keberatan dengan terpilihnya dia sebagai PM Italia baru.
“Saya tidak memilih dia (Meloni) karena saya bukan pendukung kelompok kanan. Tetapi bukan berarti negara ini, sekali lagi, ingin menunjukkan pemberontakan. Saya kira kampanye politik Letta (pemimpin Partai Demokrat) benar-benar salah, ia bukan tokoh yang tepat. Saya menyesal ada sebagian warga Italia yang memilihnya, karena jelas ia akan kalah,” tutur dia.
Inilah sebagian reaksi warga Roma pada Senin (26/9/2022) ketika melihat hasil pemilu nasional Italia yang tampaknya akan menghasilkan pemerintahan sayap kanan pertama di Italia sejak Perang Dunia 2.
Valerio Reali yang masih mahasiswa dan Federica Piccirillo yang ibu rumah tangga sama-sama terkejut dengan hasil pemilu itu. Terlebih dengan kemungkinan Giorgia Meloni menjadi perdana menteri perempuan pertama di Italia.
Italia yang kini condong ke sayap kanan menggeser realitas geopolitik Eropa, menempatkan partai yang skeptis pada Euro ke posisi untuk memimpin anggota pendiri Uni Eropa dan sekaligus negara dengan tingkat perekonomian terbesar ketiga di blok itu.
Baca juga: Aliansi Sayap Kanan Unggul dalam Pemilu, Italia Akan Punya PM Wanita Pertama
Para pemimpin sayap kanan di seluruh Eropa dengan cepat memuji kemenangan Giorgia Meloni dan kebangkitan partainya yang melesat, seakan mengirim pesan bersejarah ke Brussel.
Hasil penghitungan suara yang mendekati akhir menunjukkan koalisi kanan-tengah menjaring sekitar 44 persen suara parlemen, dengan Partai Brother’s of Italy pimpinan Meloni merebut sekitar 26 persen suara.
Mitra koalisinya memperoleh sisanya, di mana liga anti-migran pimpinan Matteo Salvini meraih hampir 9 persen dan Forza Italia yang lebih moderat pimpinan mantan perdana menteri Silvio Berlusconi meraih sekitar 8 persen.
Partai Demokrat yang berhaluan kiri-tengah dan sekutunya meraih sekitar 26 persen, 5-Star Movement –yang telah menjadi peraih suara terbesar dalam pemilu parlemen tahun 2018– meraih sekitar 15 persen.
Jumlah pemilih sendiri merupakan yang terendah dalam sejarah Italia yaitu 64 persen.
Lembaga-lembaga survei menunjukkan para pemilih tetap tinggal di rumah sebagai bagian dari protes dan sekaligus kekecewaan atas kesepakatan di belakang layar yang telah menciptakan tiga pemerintahan sejak pemilu sebelumnya.
Baca juga: Italia Tawarkan Rp 222 Juta untuk Orang yang Mau Pindah ke Pulau Terbesar Kedua di Mediterania Ini