Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Menlu Rusia soal Ukraina di Sidang Umum PBB

Kompas.com - 25/09/2022, 07:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan keluh kesah saat berkesempatan berbicara di Sidang Umum PBB pada Sabtu (24/9/2022).

Dengan sengit, dia mengkritik negara-negara Barat atas perang Ukraina.

Lavrov mengatakan kepada PBB bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berusaha untuk "menghancurkan" negaranya.

Baca juga: Menlu RI dan Menlu Rusia Bertemu di Sela-sela Sidang Umum PBB

"Russophobia (sentimen anti-Rusia) pejabat di Barat belum pernah terjadi sebelumnya. Sekarang cakupannya tak masuk akal," kata Lavrov dalam pidato di Majelis Umum PBB yang berapi-api.

“Mereka tidak menyangkal dari menyatakan niat untuk menimbulkan bukan hanya kekalahan militer negara kami (Rusia), tetapi juga untuk menghancurkan dan mematahkan Rusia,” ucap dia.

Setelah berhari-hari para pemimpin Barat mengecam invasi Rusia ke Ukraina, Lavrov menggunakan kesempatan berbicara di mimbar Sidang Umum PBB untuk membalas tekanan terhadap Moskwa yang dipimpin oleh AS.

Amerika Serikat, katanya, sedang berusaha mengubah seluruh dunia menjadi halaman belakangnya sendiri.

"Menyatakan diri mereka menang dalam Perang Dingin, AS mendirikan diri mereka hampir menjadi utusan Tuhan di Bumi, beroperasi dengan impunitas sebagai penguasa dunia memproklamirkan diri," kata Lavrov, dikutip dari Kantor berita AFP.

Membela agenda referendum di Ukraina

Dalam kesempatan itu, Lavrov juga mendukung pelaksanaan referendum di bagian Ukraina yang diduduki Rusia yang telah dimulai pada hari Jumat (23/9/2022).

Baca juga: 4 Wilayah Ukraina Mulai Referendum untuk Gabung Rusia

Dia menggambarkan pihak yang menginisiasi referendum sebagai orang yang sedang mengeklaim tanah tempat nenek moyang telah tinggal selama ratusan tahun.

"Barat sekarang sedang marah (pada referendum),” kata Lavrov.

Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Barat lainnya telah bersumpah untuk tidak pernah menerima hasil dari referendum "palsu" tersebut.

Mereka melihat agenda itu sebagai bagian dari upaya untuk mengubah perbatasan dengan paksa.

Sementara itu, dalam konferensi pers setelah menyampaikan pidato, Lavrov lebih lanjut mengejek Amerika dan Barat telah melakukan tanggapan "histeria" terhadap jajak pendapat di wilayah yang dikuasai Kremlin di Ukraina selatan dan timur, termasuk Donetsk dan Lugansk.

"Rusia, tentu saja, akan menghormati ekspresi kehendak orang-orang yang selama bertahun-tahun telah menderita akibat penyalahgunaan neo-Nazi," kata dia, mengulangi tuduhan Moskwa terhadap beberapa pejabat di pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca juga: Ukraina Turunkan Hubungan Diplomatik dengan Iran, Ini Tanggapan Teheran

Lavrov juga mengecam Uni Eropa kini menjadi entitas yang otoriter, keras, dan diktator.

Rusia yelah menghadapi kecaman luas di Majelis Umum PBB pekan ini, terutama setelah Presiden Vladimir Putin mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan kekuatan nuklir terhadap setiap ancaman terhadap "integritas teritorial" Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com