Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Pertama Kalinya, India Menuduh China Lakukan Militerisasi Selat Taiwan

Kompas.com - 29/08/2022, 22:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

 

NEW DELHI, KOMPAS.com - India menuduh China melakukan “militerisasi Selat Taiwan”, dalam perang kata-kata yang memanas dipicu perseteruan terkait langkah kontroversial kapal militer China yang berlabuh di pelabuhan Sri Lanka.

Tuduhan tersebut, yang dirujuk dalam sebuah pernyataan oleh komisi tinggi India di Sri Lanka pada Minggu (28/8/2022), dilaporkan merupakan pertama kalinya pemerintah India menyinggung isu tersebut.

Intervensi jarang dilakukan New Delhi terkait masalah lintas selat China-Taiwan, mengingat India sendiri menghadapi ketegangan perbatasan dengan “Negeri Tirai Bambu”.

Baca juga: Kapal Militer China Berlabuh di Sri Lanka, India Khawatir Dimata-matai

Intervensi keamanan

Awal bulan ini sebuah kapal penelitian militer China berlabuh di pelabuhan Hambantota Sri Lanka selama seminggu.

Analis mengatakan Yuan Wang 5 termasuk di antara sekelompok kapal China yang dioperasikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat, yang memantau peluncuran satelit, roket, dan rudal balistik antarbenua.

India telah menyampaikan keberatan atas keberadaan kapal militer China itu di Asia Selatan, di tengah kekhawatiran bahwa Beijing bermaksud menggunakan pelabuhan itu sebagai pangkalan militer.

Tapi pemerintah Sri Lanka akhirnya tetap memberi lampu hijau sehingga Yuan Wang 5 yang sempat tertunda selama beberapa hari kedatangannya bisa berlabuh.

Kementerian luar negeri China mengatakan kapal itu sedang melakukan penelitian maritim, sejalan dengan hukum dan praktik internasional, dan tidak akan mempengaruhi “kepentingan keamanan dan ekonomi negara mana pun”.

Yuan Wang 5 pergi seminggu yang lalu, tetapi selama akhir pekan kedutaan besar China di Sri Lanka menuduh India menggunakan isu keamanan untuk melakukan "campur tangan menyeluruh secara de facto dalam kedaulatan dan kemerdekaan Sri Lanka".

Baca juga: Abaikan Peringatan AS dan India, Sri Lanka Izinkan Kapal Kontroversial China Berlabuh di Pelabuhannya

Jebakan utang

Pada Sabtu (27/8/2922), komisi tinggi India di Colombo mengatakan Sri Lanka “membutuhkan dukungan, bukan tekanan yang tidak diinginkan atau kontroversi yang tidak perlu untuk melayani agenda negara lain. Ini juga merujuk pada “agenda yang didorong oleh utang,” referensi yang jelas ke pelabuhan Hambantota yang didanai China, yang sering dikaitkan dengan tuduhan diplomasi jebakan utang China.

Sri Lanka saat ini sedang menavigasi jalan keluar dari krisis ekonomi terburuknya, dan menyeimbangkan persaingan pengaruh dari India dan China, yang menurut para analis dibutuhkan.

Pinjaman China menyumbang sekitar 10 persen dari total utang luar negeri negara itu. Tetapi sejak tahun ini, India juga telah meminjamkan sekitar 3,8 miliar dollar AS untuk membantu Sri Lanka melewati krisis ekonominya.

Wen-ti Sung, seorang ilmuwan politik di Universitas Nasional Australia yang mengkhususkan diri pada Taiwan dan China, mengatakan Delhi menciptakan “daya tawar baru” melalui tuduhan “militerisasi” selat oleh China.

Di masa depan, normalisasi “retorika yang lebih keras” dari India ini dinilai dapat menjadi perhitungan dalam negosiasi dengan China.

“Mengetahui bahwa China tidak menginginkan eskalasi di berbagai bidang, India berusaha menciptakan pengaruh baru yang sebelumnya tidak ada, dengan menyinggung China dengan masalah Taiwan,” kata Sung sebagaimana dilansir Guardian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com