Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Tragis “Manusia Lubang”, Pria Pribumi Terakhir Salah Satu Suku Asli Amazon

Kompas.com - 29/08/2022, 20:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

Organisasi adat menempatkan jumlah suku Amazon yang tersisa antara 235 dan 300, tetapi angka pastinya sulit ditentukan. Pasalnya, beberapa suku memiliki kontak yang sangat sedikit dengan masyarakat pemukim.

Setidaknya 30 kelompok diyakini tinggal jauh di dalam hutan dan hampir tidak ada yang diketahui tentang jumlah mereka, bahasa atau budaya mereka.

“Karena dia dengan tegas menolak setiap upaya kontak, dia meninggal tanpa mengungkapkan dari etnis mana dia berasal, atau motivasi dari lubang yang digalinya dalam wilayah rumahnya,” tulis Observatorium Hak Asasi Manusia Masyarakat Adat yang Terisolasi dan Terkini (OPI), saat mengetahui kematian pria itu.

“(Dia) dengan jelas menyatakan pilihannya untuk menjauhkan diri, tanpa pernah mengucapkan sepatah kata pun yang memungkinkan identifikasinya dengan bahasa Pribumi yang dikenal.”

Baca juga: UPDATE Jurnalis Inggris Hilang di Amazon, Tewas Ditembak Senapan Berburu

Di bawah ancaman penjarah

OPI mengatakan pejabat Funai pertama kali melihat pria itu pada pertengahan 1990-an.

Aktivis adat menemukan sebidang kecil tanah pertanian yang telah dihancurkan oleh serangan para peternak dan sisa-sisa tempat tinggal yang mereka yakini telah disapu oleh traktor.

Lubang-lubang besar yang digali dengan tangan juga ada.

Daerah itu, di sepanjang perbatasan Brasil dengan Bolivia, telah dan tetap diserang oleh para peternak, pencari kayu, dan penebang yang menginginkan sumber daya alamnya yang berharga.

Penemuan itu membuat Funai memagari area di mana pria itu bisa hidup tanpa hambatan, dan pada 1997 cagar Tanaru secara resmi dibuat.

OPI menyerukan agar cagar itu dipertahankan dalam keadaannya yang sekarang dan meminta para pejabat untuk melakukan studi arkeologi dan antropologis yang dapat menjelaskan latar belakang dan cara hidup ”manusia lubang.”

Baca juga: Saat Petahana dan Mantan Presiden Saling Mencela dalam Debat Pertama Pilpres Brasil…

Jumlah suku yang tanahnya terancam telah melonjak sejak presiden sayap kanan, Jair Bolsonaro, mengambil alih kekuasaan pada 2018.

Jumlah invasi yang terdaftar di tanah adat naik hampir tiga kali lipat dari 109 pada 2018, menjadi 305 tahun lalu, menurut kelompok hak asasi Cimi sebagaimana dilansir Guardian.

Bolsonaro telah lama menyatakan penghinaannya terhadap masyarakat adat. Dia pernah mengatakan bahwa Brasil telah melakukan kesalahan, dengan tidak memusnahkan penduduk asli seperti yang dilakukan kavaleri AS.

Sebelum menjadi presiden, dia bersumpah untuk tidak memberikan tanah satu sentimeter persegi lagi kepada masyarakat adat, dan dia telah menepati janji itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com