Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Banjir Pakistan Minta Tolong, Harus Naik Gunung 10 Jam untuk ke Kota

Kompas.com - 29/08/2022, 13:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

MANOOR, KOMPAS.com - Korban banjir Pakistan meminta tolong kepada tim BBC yang mengunjunginya, karena jembatan yang menghubungkan lokasi mereka dengan kota rusak, tetapi mengaku sampai sekarang belum ada bantuan.

Ratusan orang terdampar di seberang sungai lembah Manoor, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, setelah banjir bandang Pakistan melanda wilayah itu pada Jumat (26/8/2022). Sedikitnya sepuluh jembatan dan puluhan bangunan rusak akibat diterjang banjir.

"Kami membutuhkan barang-barang pokok, kami butuh obat-obatan dan tolong bangun kembali jembatan, kami tidak punya apa-apa sekarang." Itulah isi catatan tulisan tangan yang dilontarkan penduduk desa kepada tim BBC saat berkunjung.

Baca juga: Banjir Pakistan: Bukti Nyata Perubahan Iklim Sebabkan Bencana Dahsyat

Lembah Manoor terletak di pegunungan Kaghan, tujuan wisata terkenal di Pakistan. Lembah itu dilanda banjir besar yang menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk wanita dan anak-anak.

Banjir bandang menghanyutkan satu-satunya jembatan beton yang menghubungkan lembah tersebut dengan kota utama. Sejak itu, semua desa di seberang sungai terputus dan warga menunggu bantuan.

Tim BBC mencapai lembah setelah satu jam perjalanan berbahaya dengan jalan rusak di banyak titik akibat banjir dan tanah longsor.

Di Manoor, dua jembatan ambruk total dan jembatan kayu sementara didirikan. Tim BBC bertemu dengan perempuan yang duduk dengan barang-barangnya. Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia dapat melihat rumahnya, tetapi tidak bisa ke sana.

Orang-orang mengarungi daerah banjir Pakistan di Jaffarabad, distrik provinsi Baluchistan barat daya Pakistan, Jumat, 26 Agustus 2022.AP PHOTO/ZAHID HUSSAIN Orang-orang mengarungi daerah banjir Pakistan di Jaffarabad, distrik provinsi Baluchistan barat daya Pakistan, Jumat, 26 Agustus 2022.
"Rumah dan anak-anak saya di seberang sungai. Saya sudah menunggu di sini dua hari dan berpikir pemerintah mungkin akan datang dan memperbaiki jembatan," katanya dikutip dari BBC pada Senin (29/8/2022).

"Tetapi otoritas memberitahu kami bahwa kami harus berjalan di sisi lain gunung untuk mencapai rumah kami. Tapi itu pendakian 8-10 jam. Saya wanita tua. Bagaimana saya bisa berjalan sejauh itu?"

Tim BBC melihat pria, wanita, dan anak-anak duduk di luar rumah berlumpur di seberang sungai. Mereka melambai karena mengira tim BBC adalah pejabat pemerintah.

Saat itulah beberapa dari mereka melemparkan selembar kertas ke seberang sungai, mengemasnya di dalam kantong plastik berisi batu untuk membuangnya ke tepi sungai tempat BBC syuting.

Ini satu-satunya cara mereka berkomunikasi dengan bagian lain desa akhir-akhir ini, karena tidak ada jaringan seluler di sini.

Baca juga:

Surat tulisan tangan itu memuat informasi tentang kerugian yang mereka alami dan permintaan kebutuhan pokok serta obat-obatan bagi warga desa yang terdampar.

"Banyak orang sakit dan tidak bisa meninggalkan desa dengan berjalan kaki. Tolong dibangunkan jembatan, itu penghubung utama dengan kota," bunyi surat itu.

"Kami membutuhkan barang-barang pokok. Kami butuh jalan," ujar Abdul Rasheed (60) tentang cobaan beratnya. Dia kehilangan gerobaknya karena banjir, padahal itu satu-satunya cara untuk mendapatkan uang demi menghidupi keluarganya.

Kendaraan melewati jalan yang tergenang banjir Pakistan akibat hujan deras, di Lahore, Pakistan, Jumat, 29 Juli 2022.AP PHOTO/KM CHAUDARY Kendaraan melewati jalan yang tergenang banjir Pakistan akibat hujan deras, di Lahore, Pakistan, Jumat, 29 Juli 2022.
"Ada banyak orang lain yang kehilangan harta benda dan pendapatan mereka. Mereka butuh bantuan. Mereka butuh makanan. Ada pasar kecil di sini yang hanyut. Toko-toko dulu penuh makanan dan persediaan."

"Rumah saya ada di seberang dan sekarang saya harus berjalan delapan jam untuk sampai di rumah. Bagaimana saya bisa melakukannya di usia yang begitu tua?" imbuhnya

Warga lainnya bernama Soheil bercerita, pejabat dan politisi ini datang ke sana untuk berfoto dan bersenang-senang.

"Mereka datang, mengambil foto, dan pergi. Tidak ada yang membantu kami," ucapnya.

Wakil komisaris distrik itu mengatakan kepada BBC, operasi penyelamatan dan pertolongan yang komprehensif segera dilakukan itu dan semua hotel telah dievakuasi. Dia menambahkan, penilaian sudah dibuat tentang kerusakan properti.

"Kami sudah menyelesaikan penilaian dan korban banjir akan segera diberikan kompensasi," ungkapnya. "Pekerjaan rekonstruksi jembatan sudah dimulai, tetapi itu akan memakan waktu."

Tentara Pakistan juga dikerahkan untuk membantu badan-badan bantuan dalam mencapai daerah-daerah yang terkena banjir, karena jalan rusak dan satu-satunya cara untuk menjangkau sebagian besar masyarakat adalah dengan helikopter.

Baca juga: Jembatan Bersejarah Pakistan Runtuh Diterjang Banjir dari Gletser yang Mencair karena Gelombang Panas

Pemerintah turut mengimbau negara-negara sahabat, donor, dan lembaga keuangan internasional untuk membantu mereka mengatasi banjir Pakistan.

Berita video "Curah Hujan Tinggi, Banjir Besar Landa Pakistan" dapat disimak di bawah ini.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com