Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Perubahan Iklim, Satwa Liar Jepang Lebih Ganas Serang Warga

Kompas.com - 15/08/2022, 09:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

"Ada tutupan awan selama bulan Juni, tetapi tidak cukup curah hujan dan sekarang kami berada pada rekor suhu tertinggi di seluruh negeri," ungkap Abe lebih lanjut.

Akibatnya sumber makanan di hutan dan pegunungan belum menghasilkan jumlah yang cukup untuk populasi kera-kera tersebut. Itu artinya, mereka harus pergi mencari makan. Dan hal itu yang membawa mereka ke daerah tempat tinggal manusia.

Baca juga: Rudal China Jatuh di ZEE Jepang, PM Fumio Kishida Tanggapi Serius

Menurut Abe, pinggiran kota yang terus-menerus merayap lebih jauh ke dalam habitat hewan-hewan liar menjadi salah satu faktor penyebab lainnya. Kevin Short, seorang profesor yang ahli dalam pendidikan lingkungan di Universitas Ilmu Informasi Tokyo, setuju bahwa hilangnya habitat asli mereka adalah alasan utama meningkatnya jumlah intrusi hewan liar ke daerah perkotaan.

Short juga menunjukkan bahwa akibat dari menyusutnya populasi pedesaan di Jepang, ada lebih sedikit pemburu untuk memusnahkan satwa liar tersebut. Hal itu mengakibatkan ledakan populasi beruang, babi hutan, dan monyet dalam beberapa tahun terakhir.

"Dulu, desa-desa ini berfungsi sebagai semacam zona penyangga antara hutan dan pinggiran kota, dan penduduk desa akan memusnahkan hewan yang mengambil tanaman mereka dan sebagainya," kata Short.

"Dengan menghilangnya semua anak-anak muda dari desa-desa ini dan secara bertahap terus menyusut, semakin sedikit pula yang menghentikan satwa liar untuk mengambil alih (wilayah),” tambah Short.

Baca juga: Jepang Protes 5 Rudal China Jatuh di Zona Ekonomi Eksklusifnya

Tidak takut manusia

"Saya juga merasa bahwa itu berarti, hewan-hewan itu tidak lagi takut pada manusia," kata Short.

"Monyet Jepang, misalnya, sangat cerdas dan begitu mereka menyadari bahwa mereka tidak perlu takut pada manusia dan bahwa mereka dapat secara efektif menggertak kita, maka itu menyebar ke dalam kawanan mereka dengan sangat cepat."

"Mereka juga telah belajar bahwa pinggiran kota dan kota-kota di Jepang menyediakan sumber makanan yang lebih menarik dan mudah," tambahnya.

Baca juga: Jepang Bunuh 1 Anggota Kawanan Monyet Perampok yang Serang dan Lukai 49 Orang

Sementara warga lebih sering bertemu dengan beruang, babi hutan, dan monyet dalam beberapa tahun terakhir, laporan tentang lumba-lumba yang menggigit para perenang di pusat kota Fukui telah mengejutkan banyak penduduk Jepang.

Pemerintah setempat juga telah memperkenalkan patroli pantai dan pelampung yang memancarkan gelombang suara ultrasonik untuk menjauhkan lumba-lumba itu dari pantai, dan memasang tanda peringatan agar orang tidak mendekati hewan itu.

"Intinya ini adalah hewan liar di habitat aslinya," kata Abe. "Manusia menyusup ke ruang mereka, mereka bukan hewan peliharaan dan warga jelas tidak bisa bermain dengan mereka. Warga perlu belajar untuk menjauh dari satwa liar."

Baca juga: Teror Monyet Serang Barat Daya Jepang, Sampai Rebut dan Gigit Bayi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com