Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Anti-pemerintah Berujung Bentrokan Berdarah di Sierra Leone, Pemerintah Umumkan Jam Malam

Kompas.com - 11/08/2022, 08:07 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

FREETOWN, KOMPAS.com - Pengunjuk rasa anti-pemerintah di Sierra Leone bentrok dengan polisi di jalan-jalan Ibu Kota Freetown, ketika ketegangan atas meningkatnya biaya hidup berubah mematikan di negara Afrika Barat itu.

Dalam siaran nasional pada Rabu (10/8/2022), Wakil Presiden Mohamed Juldeh Jalloh mengatakan bahwa "nyawa polisi dan warga sipil hilang", tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Dia mengumumkan jam malam nasional mulai pukul 3 sore waktu setempat (22.00 WIB).

Baca juga: 144 Korban Tewas dalam Ledakan Tangki BBM di Sierra Leone

Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Julius Maada Bio, yang terpilih pada 2018 dan masih memiliki 10 bulan tersisa dalam masa jabatannya.

Para demonstran meneriakkan “Bio harus pergi” saat mereka melewati ibu kota, Freetown.

Video di media sosial menunjukkan kerumunan besar pengunjuk rasa dan tumpukan ban yang terbakar di Freetown timur.

Rekaman lain menunjukkan sekelompok pemuda melemparkan batu ke jalan yang dipenuhi asap keputihan dan kelompok lain menyerang seorang pria di tanah.

"Orang-orang yang tidak bermoral ini telah memulai protes tidak sah dan kekerasan, yang telah menyebabkan hilangnya nyawa warga Sierra Leone yang tidak bersalah termasuk personel keamanan," kata Wakil Presiden Jalloh sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Dia tidak mengatakan berapa banyak orang yang terbunuh.

Baca juga: Operasi SAS Inggris di Sierra Leone Berhasil karena Secarik Kertas

Polisi mengatakan dua petugas keamanan tewas oleh sekelompok pengunjuk rasa di ibu kota.

"Dua petugas polisi, seorang pria dan wanita, dikerumuni hingga tewas oleh pengunjuk rasa di ujung timur Freetown pagi ini," kata juru bicara polisi Brima Kamara kepada kantor berita AFP.

Sebelumnya, observatorium internet NetBlocks mengatakan Sierra Leone menghadapi penutupan internet hampir total dengan konektivitas nasional hanya 5 persen dari tingkat biasa.

Blok politik dan ekonomi regional ECOWAS mengatakan pihaknya mengutuk kekerasan dan menyerukan dalam sebuah unggahan Twitter untuk "semua mematuhi hukum dan ketertiban dan agar para pelaku kekerasan diidentifikasi dan dibawa ke hadapan hukum."

Baca juga: Daftar Negara di Afrika Barat

Pemerintah mengkritik penyelenggara protes yang tidak disebutkan namanya, dan memperingatkan bahwa negara itu sudah cukup menderita melalui lebih dari satu dekade perang saudara yang berakhir pada 2002.

Pada Selasa (9/8/2022), koordinator keamanan nasional meminta angkatan bersenjata untuk bersiap mendukung polisi dari 9 hingga 12 Agustus, memperingatkan "situasi keamanan yang berpotensi bergejolak", menurut surat internal yang dibagikan secara online.

Frustrasi berkepanjangan terhadap pemerintah diperburuk oleh kenaikan harga barang-barang pokok di beberapa tempat di negara Afrika Barat itu, di mana lebih dari setengah sekitar delapan juta hidup penduduknya di bawah garis kemiskinan, menurut Bank Dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com