Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi ke Beijing, Pengamat Minta Waspada Jebakan Utang China

Kompas.com - 28/07/2022, 19:28 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Proyek-proyek itu termasuk pembangunan bendungan, bandara, pelabuhan, jalan, dan lain lain.

BBC Indonesia telah menghubungi KPPIP untuk berupaya mendapatkan besaran pembiayaan dari utang luar negeri, namun tidak mendapat jawaban.

Namun, menurut keterangan pers yang diadakan secara langsung dan virtual oleh KPPIP, nilai investasi APBN besarannya sekitar 13 persen dari total nilai investasi, yakni Rp 714,5 triliun.

Sementara dari BUMN 19 persen, yakni senilai Rp 1.112 triliun, dan swasta dari dalam dan luar negeri mencapai 68 persen atau senilai Rp 3.913 triliun.

Pemerintah Indonesia dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa Indonesia tidak terjerat jebakan utang China.

“Urusan utang ini bukan soal utang ke siapa atau besarannya, tapi lebih pada bagaimana kita mengelola utang dan rasio utang terhadap GDP, dan sejauh ini rasio utang kita sangat aman,” kata Willy Aditya, anggota DPR komisi sebelas yang membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional dan perbankan kepada BBC Indonesia lewat pesan singkat.

“Toh, neraca utang kita terhadap China juga semakin menurun. Itu artinya pembayaran atas beban utang kita selalu baik. Itu juga menunjukkan bahwa kinerja ekonomi kita baik dibandingkan dengan berapa negara lain.”

Willy meminta publik tidak merisaukan isu utang dari China. Kunjungan Jokowi menemui Presiden Xi, kata dia, digunakan untuk kerangka yang lebih produktif seperti kerja sama ekonomi atau mengundang investor dari China.

Baca juga:

Namun, Bhima Yudhistira memiliki pandangan sebaliknya.

“Adanya kunjungan Presiden ke China dan momentum Indonesia menjadi presidensi G20, di mana China terlibat di dalamnya, maka usulan yang harus didorong Jokowi adalah melepaskan beban utang,” kata Bhima.

“Pengurangan beban pokok maupun bunga utang yang sedang berjalan. Yang kedua seleksi proyek yang masih berjalan. Ketika dipikirkan banyak mega proyek yang hanya pemborosan, perlu keberanian politik untuk menghentikan utang-utang tadi.”

Selain renegosiasi utang, menurut Telisa Falianty, ke depannya Pemerintah Indonesia seharusnya lebih cermat dalam mengambil utang dari China. Tidak hanya melihat dari sisi harga yang ditawarkan, tapi secara keseluruhan paket dan manfaatnya. 

Selain itu, pengambilan keputusan juga harus melibatkan seluruh pihak terkait. Tidak hanya pemerintah dan pebisnis saja, tapi juga masyarakat, akademisi, dan media, kata dia.

“Harus diperbaiki sistem perencanaannya. Jangan sampai kita berinvestasi di sektor atau di infrastruktur yang akhirnya jadi mangkrak," ucapnya.

Baca juga: Terancam Gagal Bayar, AS Rupanya Utang ke China Rp 15.256 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com