Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Apa dengan Sri Lanka: Kenapa Bangkrut dan Penyebab Gagal Bayar Utang

Kompas.com - 14/05/2022, 18:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka menderita krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948.

Pemadaman listrik selama berbulan-bulan, kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan membuat marah publik. Terhadi demo besar menuntut pengunduran diri pemerintah yang berujung kerusuhan Sri Lanka minggu ini.

Ada apa dengan Sri Lanka sebenarnya, kenapa Sri Lanka bangkrut dan penyebab Sri Lanka gagal bayar utang? Berikut ulasannya dikutip dari AFP, Kamis (12/5/2022).

Baca juga: Siapa Dinasti Rajapaksa di Sri Lanka dan Kenapa Dituduh Tak Becus Pimpin Negara

1. Proyek mewah yang terbengkalai

Pelabuhan Internasional Hambantota, Sri Lanka, adalah salah satu proyek infrastruktur terbesar yang dibiayai China. Apa yang dimaksud dengan ekspor dan impor, ekspor impor, ekspor adalah, impor adalah, ekspor dan imporXINHUA/LIU HONGRU via DW INDONESIA Pelabuhan Internasional Hambantota, Sri Lanka, adalah salah satu proyek infrastruktur terbesar yang dibiayai China. Apa yang dimaksud dengan ekspor dan impor, ekspor impor, ekspor adalah, impor adalah, ekspor dan impor
Sri Lanka menghabiskan banyak uang untuk proyek infrastruktur yang dipertanyakan dari pinjaman China, menambah utangnya yang sudah menggunung.

Di distrik Hambantota, sebuah pelabuhan besar sudah menjadi beban keuangan sejak mulai beroperasi, dengan total kerugian kini mencapai 300 juta dollar AS (Rp 4,4 triliun) dalam enam tahun.

Di dekatnya terdapat proyek mewah lain yang didukung China, yaitu pusat konferensi besar yang jarang dipakai sejak dibuka, dan bandara senilai 200 juta dollar AS (Rp 3 triliun) yang sempat kekurangan dana untuk membayar tagihan listriknya.

Proyek-proyek tersebut dibuat oleh keluarga Rajapaksa yang berkuasa, yang telah mendominasi politik Sri Lanka selama hampir 20 tahun terakhir.

2. Pemotongan pajak yang tidak stabil

Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa saat menandatangani dokumen dalam upacara penyumpahan di kuil sakral Budha Kelaniya Raja Maha, luar ibu kota Colombo, 9 Agustus 2020. PM Sri Lanka mundur pada Senin (9/5/2022) buntut dari krisis ekonomi parah dan demo besar yang melanda negara.AFP/ISHARA S KODIKARA Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa saat menandatangani dokumen dalam upacara penyumpahan di kuil sakral Budha Kelaniya Raja Maha, luar ibu kota Colombo, 9 Agustus 2020. PM Sri Lanka mundur pada Senin (9/5/2022) buntut dari krisis ekonomi parah dan demo besar yang melanda negara.
Presiden Mahinda Rajapaksa didepak dari jabatannya pada 2015 karena reaksi terhadap upaya infrastruktur pemerintahnya, yang terjerat klaim korupsi.

Adik laki-lakinya, Gotabaya Rajapaksa, menggantikannya empat tahun kemudian dan menjanjikan bantuan ekonomi serta tindakan keras terhadap terorisme setelah serangan Minggu Paskah 2019 yang mematikan di Sri Lanka.

Beberapa hari setelah menjabat, Gotabaya menunjuk Mahinda sebagai perdana menteri dan mengumumkan pemotongan pajak terbesar dalam sejarah Sri Lanka, sehingga memperburuk defisit anggaran kronis.

Lembaga pemeringkat langsung menurunkan peringkat negara itu karena khawatir utang publik semakin tidak terkendali, sehingga mempersulit pemerintah untuk mendapatkan pinjaman baru.

Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka

3. Pukulan pandemi

Ilustrasi Sigiriya di Sri Lanka.UNSPLASH/Sander Don Ilustrasi Sigiriya di Sri Lanka.
Pemotongan pajak sangat tidak tepat waktu, karena hanya beberapa bulan kemudian virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia.

Kedatangan turis internasional turun menjadi nol dan pengiriman uang dari warga Sri Lanka yang bekerja di luar negeri mengering. Parahnya, dua hal itu adalah pilar ekonomi yang diandalkan pemerintah untuk membayar utangnya.

Tanpa sumber-sumber uang tunai luar negeri ini, pemerintahan Rajapaksa mulai menggunakan cadangan devisanya untuk membayar pinjaman.

4. Larangan impor pupuk

Sebuah keluarga Sri Lanka menyaksikan puing-puing bus yang terbakar dalam bentrokan di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 11 Mei 2022. AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA Sebuah keluarga Sri Lanka menyaksikan puing-puing bus yang terbakar dalam bentrokan di Kolombo, Sri Lanka, Rabu, 11 Mei 2022.
Sri Lanka langsung mengeruk habis-habisan cadangan devisanya, mendorong pihak berwenang pada 2021 untuk melarang beberapa impor termasuk--secara kritis--pupuk dan bahan kimia pertanian yang dibutuhkan petani untuk menanam tanaman mereka.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com