Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pasien “Brain Death” Jalani Transplantasi Jantung Babi ke Manusia, Tunjukan Responds Positif

Kompas.com - 16/07/2022, 21:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

NEW YORK, KOMPAS.com - Dokter di Amerika Serikat (AS) kembali membuat terobosan dalam praktik xenotransplantasi, setelah berhasil memasukkan dua hati babi hasil rekayasa genetika ke dalam tubuh manusia.

Sebuah tim ahli bedah di NYU Langone Health, di New York City, melakukan operasi pada dua pasien yang secara klinis mengalami brain death (kehilangan fungsi otak), tetapi masih bernapas melalui alat bantu hidup, pada 19 Juni dan 9 Juli.

Baca juga: Perjuangan Pria yang Sukses Jalani Operasi Transplantasi Dua Lengan dan Bahu Pertama di Dunia

Daily Mail pada Rabu (13/7/2922) mewartakan bahwa dalam dua kasus itu, tubuh kedua pasien tidak menolak jantung babi. Setelah transplantasi, jantung mereka juga beroperasi seperti biasa tanpa memerlukan mesin apa pun.

Kondisi itu berbeda dengan pasien sebelumnya, yang bereksperimen dengan transplantasi serupa.

Proses xenotransplantasi ini - pemindahan organ dari satu spesies ke spesies lain - masih dalam tahap awal.

Para ahli berharap bahwa jenis terobosan ini akan membantu menutup kekurangan organ yang tersedia di seluruh dunia, terutama untuk anak-anak.

"Tujuan kami adalah untuk mengintegrasikan praktik yang digunakan dalam transplantasi jantung umumnya, hanya dengan organ non-manusia, yang akan berfungsi secara normal tanpa bantuan tambahan dari perangkat atau obat-obatan yang belum teruji," kata Dr Nader Moazami, direktur transplantasi jantung di NYU dalam pernyataanya.

“Kami berusaha memastikan bahwa uji klinis dapat bergerak maju menggunakan pasokan organ baru ini, dengan praktik transplantasi yang telah dicoba dan tepat, yang telah kami sempurnakan,”

Baca juga: 163 Anak di Inggris Kena Hepatitis Akut Misterius, 11 Butuh Transplantasi Hati

Transplantasi jantung babi ke manusia kali ini dilakukan pada dua pasien yang sudah dianggap meninggal secara medis.

Status mereka membuat mereka berharga bagi peneliti, karena memungkinkan ahli melakukan eksperimen yang mungkin terlalu berisiko untuk subjek yang hidup, tetapi pada orang yang operasi tubuhnya masih berfungsi.

Percobaan sebelumnya

Percobaan sebelumnya pada orang hidup telah menyebabkan kematian.

Awal tahun ini seorang pria berusia 57 tahun yang menerima transplantasi jantung babi di Universitas Maryland meninggal, 49 hari setelah operasi setelah tubuhnya menolak organ vital tersebut.

Untuk pasien dalam operasi terbaru di NYU ini, jantung babi yang digunakan memiliki setidaknya 10 modifikasi genetik.

Baca juga: Pertama di Dunia, Pria Ini Sukses Dapat Transplantasi Jantung dari Babi

Baca juga: Cangkok Jantung Babi ke Manusia Berbuah Kontroversi, Dari Masalah Etis hingga Agama

Baca juga: Pria yang Terima Transplantasi Jantung Babi Diduga Meninggal karena Virus Babi

Empat dari mutasi digambarkan oleh ahli bedah sebagai “knock-out”, yang bertujuan untuk mencegah tubuh menolak organ baru. Enam lainnya membantu memperbaiki kesenjangan biologis antara babi dan manusia yang dapat menyebabkan penolakan semacam itu.

Mutasi tampaknya berhasil. Pada kedua pasien, jantung berhasil menyelesaikan percobaan tiga hari tanpa masalah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com