Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Gunakan Veto di DK PBB untuk Putus Bantuan ke Suriah, Warga Protes: Kami Bisa Mati

Kompas.com - 11/07/2022, 23:55 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

IDLIB, KOMPAS.com - Warga Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak memperingatkan krisis kemanusiaan bisa semakin dalam, menyusul veto Rusia di Dewan Keamanan PBB yang mengancam pengiriman bantuan lintas batas yang penting bagi kelangsungan hidup mereka.

Rusia menggunakan hak vetonya pada Jumat (8/7/2022) untuk resolusi yang akan memperpanjang otorisasi pengiriman bantuan PBB, melalui penyeberangan Bab al-Hawa di perbatasan Suriah-Turki, selama satu tahun.

Baca juga: Ukraina Terkini: Rusia dan Belarus Bahas Langkah Bersama untuk Lawan Lituania

Veto itu, yang dijatuhkan pada dijatuhkan pada malam perayaan Idul Adha bagi umat Muslim, membuat penduduk benteng oposisi utama dan terakhir Suriah waswas.

Padahal menurut PBB, kebutuhan kemanusiaan dan tingkat kelaparan di wilayah itu telah mencapai rekor tertinggi sejak dimulainya konflik pada 2011.

“Rusia telah menghancurkan rumah-rumah kami, merusak anak-anak kami dan memaksa kami mengungsi… sekarang, mereka ingin menutup penyeberangan (bantuan),” kata Ftaym, seorang pengungsi Suriah berusia 45 tahun yang tinggal di sebuah kamp di provinsi Idlib sebagaimana dilansir AFP pada Sabtu (9/7/2022).

“Jika penyeberangan Bab al-Hawa ditutup, memotong kami dari bantuan dan perbekalan yang dikirimkan kepada kami, maka kami akan mati,” kata ibu 14 anak ini.

Mekanisme lintas batas di Bab al-Hawa, yang telah berlaku sejak 2014, berakhir pada Minggu (10/9/2022).

Baca juga: Putin Keluarkan Dekrit Permudah Semua Warga Ukraina Jadi Warga Rusia

Jalur tersebut merupakan penyeberangan bantuan PBB satu-satunya ke wilayah barat laut Suriah, yang dikuasai pemberontak, tanpa menavigasi daerah yang dikendalikan oleh pasukan pemerintah.

Lebih dari 4.600 truk bantuan, yang sebagian besar membawa makanan, telah melintasi Bab al-Hawa sepanjang tahun ini. Bantuan itu menopang sekitar 2,4 juta orang, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Pemandangan udara ini menunjukkan umat Islam berkumpul untuk melakukan sholat subuh di Bab al-Hawa dekat perbatasan dengan Turki, di provinsi Idlib barat laut Suriah, pada hari libur Idul Adha, pada 9 Juli 2022. AFP PHOTO/AAREF WATAD Pemandangan udara ini menunjukkan umat Islam berkumpul untuk melakukan sholat subuh di Bab al-Hawa dekat perbatasan dengan Turki, di provinsi Idlib barat laut Suriah, pada hari libur Idul Adha, pada 9 Juli 2022.

Baca juga: Sri Lanka Krisis, Menlu AS Salahkan Rusia

Baca juga: Media Rusia: Bencana Kelaparan Global Akan Paksa Barat Cabut Sanksi atas Perang di Ukraina

Baca juga: Kenapa Perang Rusia-Ukraina Disalahkan sebagai Pemicu Krisis Pangan Global?

Bencana kelaparan

Pada Sabtu (9/7/2022), Bab al-Hawa ditutup karena libur Idul Adha, kata seorang koresponden AFP di perlintasan tersebut.

Keheningan melanda daerah perbatasan sejak konvoi bantuan terakhir menyeberang pada Jumat (8/7/2022) siang.

“Semua orang tahu sebagian besar penghuni kamp sepenuhnya bergantung pada bantuan ini,” kata Abdulsalam Youssef, seorang pengungsi Suriah yang tinggal di pemukiman darurat Idlib.

Veto Rusia di DK PBB berarti "malapetaka bagi saya", tambahnya.

 

Batas waktu Minggu (10/7/202 masih menyisakan waktu bagi anggota Dewan Keamanan untuk tetap membuka penyeberangan.

Para diplomat mengatakan anggota tidak tetap dewan dapat mengusulkan perpanjangan sembilan bulan untuk mencoba memecahkan kebuntuan.

Tetapi warga Suriah di Idlib skeptis terhadap Moskwa, yang telah mendukung kampanye berulang kali oleh pemerintah Damaskus melawan daerah kantong pemberontak.

Veto Rusia mencontohkan "kebijakan pengepungan dan kelaparan yang dilakukan Rusia di seluruh Suriah", kata Mazen Allouch, seorang pejabat di persimpangan Bab al-Hawa.

Kegagalan untuk memperpanjang otorisasi akan "berfungsi sebagai awal dari bencana kelaparan tak terkendali, yang secara langsung akan mengancam ketahanan pangan lebih dari empat juta orang" yang tinggal di barat laut Suriah, katanya kepada AFP.

Jumlah warga Suriah yang kekurangan akses ke makanan yang cukup mencapai rekor 12,4 juta, atau hampir 60 persen dari populasi, menurut PBB.

Baca juga: Harga Pangan Dunia Terus Melonjak, Beras Berikutnya?

Kerentanan sektor kesehatan

Operasi lintas batas PBB, termasuk pengiriman bantuan medis, adalah jalur utama bagi sektor kesehatan Idlib yang hancur, yang dirusak oleh pertempuran bertahun-tahun antara pemberontak dan pasukan rezim.

Dana donor yang semakin menipis telah menyebabkan kekurangan obat-obatan dan peralatan yang parah.

Kegagalan untuk memperbarui otorisasi PBB "akan menyebabkan kehancuran total sektor kesehatan," kata Salem Abdane, kepala dinas kesehatan Idlib.

Ini akan menyebabkan "penutupan 21 rumah sakit, 12 pusat medis, dan akan menghentikan beberapa proyek, termasuk vaksinasi," kata pejabat itu, memperingatkan "peningkatan angka kematian dan penyakit".

Langkah Moskwa juga memicu kekhawatiran dari pejabat senior PBB dan kelompok bantuan yang telah melobi anggota Dewan Keamanan untuk izin bantuan lintas batas selama setahun.

Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia Bahas Koridor Pangan dari Ukraina dengan Turki

"Saya berharap Dewan Keamanan akan segera bertemu lagi dan menyepakati jalan ke depan," kata Mark Cutts, wakil koordinator kemanusiaan regional PBB untuk krisis Suriah.

"Kegagalan untuk memperbarui resolusi untuk bantuan lintas batas akan menjadi bencana bagi lebih dari empat juta orang di barat laut Suriah," katanya kepada AFP.

Presiden Komite Penyelamatan Internasional David Miliband mengatakan tanpa alternatif yang cukup untuk bantuan lintas batas, "krisis yang sudah ekstrem di Suriah akan beralih ke bencana kemanusiaan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com