SANTIAGO, KOMPAS.com - Kerusuhan pelajar pecah di Chile dengan beberapa sekolah menengah di sekitar Santiago diambil alih oleh siswa; satu sekolah dibakar sementara remaja mengenakan hoodie bentrok dengan polisi dan membakar bus kota.
Kerusuhan itu terjadi ketika anak-anak sekolah Chile memulai liburan musim dingin, meninggalkan penutupan semester dengan insiden kekerasan.
Baca juga: Jawaban Rusia Saat Ditanya Keterlibatan dalam Kerusuhan di Uzbekistan
Pada Juni, sekolah menengah bergengsi Internado Nacional Barros Arana (INBA) di Santiago ditutup sementara karena kekerasan "berat", termasuk kantor kepala sekolah yang dibakar.
Di negara yang mengalami perkembangan pesat tetapi tidak merata dalam beberapa dekade terakhir, unjuk kemarahan siswa menjadi lebih sering terjadi. Mereka memprotes sistem pendidikan sekolah dan universitas di Chile yang mahal tapi berkualitas buruk.
Para ahli menilai kondisi sekarang semakin buruk untuk anak-anak, dengan munculnya masalah perilaku terkait pandemi.
Meskipun beberapa tanda efek jangka panjang negatif dari penguncian pandemi Covid-19 pada anak-anak telah terlihat di tempat lain, Chile tampaknya sangat terpukul.
"Kami belum pernah melihat sesuatu yang drastis atau dramatis seperti di sini," kata Francisca Morales, petugas pendidikan UNICEF Chile sebagaimana dilansir Reuters.
Dampak pandemi pada anak utamanya adalah pada remaja dan praremaja yang kembali ke sekolah setelah melewati masa pubertas dalam isolasi, katanya.
VIDEO: Police fired high-pressurized water cannons at student protesters in #Santiago, Chile, who took to the streets to demand better school conditions and to protest the new draft constitution submitted by Chile's Constitutional Assembly to President Gabriel Boric. #Chile pic.twitter.com/02Knpru6dr
— ???? PhoenixTV News (@PhoenixTV_News) July 5, 2022
Baca juga: Perang Ukraina Terkini: Sekolah di Kyiv Buka Lagi 1 September 2022
Inspektur Pendidikan Chile melaporkan lonjakan 56 persen dalam insiden kekerasan pada semester terakhir dibandingkan dengan 2018 dan 2019 sebelum pandemi, lonjakan yang telah meresahkan politisi, psikolog, dan guru.
"Setelah dua tahun ini, mereka lebih banyak menentang otoritas dan kedisiplinan. Ada penolakan terhadap figur otoritas," kata Esteban Abarca, seorang guru sekolah menengah di sekolah INBA di Santiago.
"Tidak nyaman bagi siapa pun berada di kelas saat mereka membakar barang atau menyerang kepala sekolah."
Sejarah protes mahasiswa Chile dapat ditarik kembali ke mobilisasi pelajar melawan kediktatoran Augusto Pinochet pada 1970-an dan 1980-an.
Mahasiswa - termasuk Presiden Chile Gabriel Boric saat ini - memimpin demonstrasi untuk menuntut reformasi pendidikan pada 2006 dan 2011.
Pada 2019 protes yang lebih meluas menyaksikan kerusuhan berbulan-bulan, dengan stasiun metro dan gereja dibakar.
Florencia Acevedo, seorang siswa sekolah menengah berusia 16 tahun di Santiago, mengatakan protes adalah satu-satunya cara untuk didengar dan meskipun dia tidak setuju dengan pembakaran bus atau bentrokan dengan polisi, dia bersimpati dengan kemarahan yang dirasakan para siswa.