Menurutnya, siklus resesi bisa memanjang atau memendek tergantung pada ketahanan dari sisi permintaan dan penawaran. Pertumbuhan ekonomi bisa terbentuk dari produksi sejumlah sektor seperti jasa, manufaktur, dan pertanian.
"Suplai kita aman. Produksi aman. Ketahanan ini dalam artian kita tidak bergantung pada negara lain. (Bila) kita bergantung dengan negara lain, kita riskan dengan goncangan ekonomi," ujar Shandy kepada DW Indonesia.
Sisi pembelanjaan atau pengeluaran suatu negara digerakkan oleh faktor konsumsi, investasi, kegiatan belanja negara, dan ekspor-impor. Shandy juga menilai perang Rusia-Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian di Indonesia.
"Goncangan ekonomi yang disebabkan pandemi tidak bisa disamakan dengan perang Ukraina. Pandemi berdampak pada sektor kesehatan, manufaktur, dan tenaga kerja (di Indonesia)," kata Shandy kepada DW Indonesia.
Shandy juga menyoroti soal langkah pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh The Fed.
Selama Bank Indonesia (BI) tidak merespon dalam bentuk perubahan penetapan suku bunga, maka menurutnya situasi ekonomi Indonesia akan baik-baik saja.
Tapi, segala perubahan kebijakan yang dikeluarkan oleh BI akan diikuti oleh bank-bank di bawah naungannya.
"Harus dilihat (sektor) apa dulu yang paling terdampak resesi. (Pemerintah Indonesia) bisa memberikan relaksasi pajak, penurunan suku bunga," tutup Shandy.
Artikel ini sebelumnya ditulis oleh DW Indonesia dengan judul Akan Resesi Lagi? Bagaimana dong?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.