WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Bank Dunia menurunkan prospek ekonomi untuk Asia Timur dan Pasifik, merujuk pada perang Ukraina, meningkatnya inflasi di Amerika Serikat (AS), dan melambatnya pertumbuhan di China, sebagai risiko terhadap pertumbuhan kawasan.
“Kawasan ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lima persen pada 2022, turun dari perkiraan 5,4 persen pada Oktober,” kata pemberi lembaga keuangan internasional yang berbasis di Washington itu dalam sebuah laporan yang dirilis pada Selasa (5/4/2022).
Baca juga: Wali Kota Mykolaiv Ukraina Sebut Rusia Gunakan Bom Tandan di Wilayah Sipil
Tetapi pertumbuhan bisa turun menjadi empat persen jika kondisi memburuk dan respons kebijakan tidak efektif oleh pemerintah.
Bank Dunia pun menyerukan "reformasi berani kebijakan fiskal, kehati-hatian, perdagangan dan inovasi".
“Sama seperti ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang pulih dari guncangan akibat pandemi, perang di Ukraina membebani momentum pertumbuhan,” kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela Ferro dalam sebuah pernyataan dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (5/4/2022).
“Fundamental kawasan yang sebagian besar kuat dan kebijakan yang sehat akan membantunya mengatasi badai ini.”
China diperkirakan tumbuh lima persen tahun ini, turun dari 5,4 persen, menurut laporan itu, yang mencatat kapasitas pemerintah untuk memberikan stimulus untuk mengimbangi guncangan yang merugikan.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu melambat karena penguncian yang sangat ketat, yang bertujuan untuk mengekang wabah Covid-19 terburuk sejak awal pandemi sehingga membebani produksi dan permintaan.
Baca juga: Jerman dan Perancis Usir Puluhan Diplomat Rusia atas “Kebrutalan Luar Biasa” di Ukraina
Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik lainnya selain China, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan 4,8 persen, turun dari 5,2 persen.
Di Asia Tenggara, Filipina memiliki prospek terkuat, dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai 5,7 persen, diikuti oleh Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.
Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP di Hong Kong, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perkiraan penurunan peringkat Bank Dunia mencerminkan permintaan yang lebih lemah di China dan kenaikan harga energi.
“Masih terlalu dini untuk menentukan bagaimana gangguan pada rantai pasokan global akan berjalan ke depan, tetapi aman untuk mengasumsikan bahwa inflasi akan tetap di atas target di sebagian besar ekonomi Asia pada 2022, sebelum menurun pada 2023,” kata Casanova.
"Dalam hal China, bulan-bulan terlemah masih ada di depan kami, tetapi kami memperkirakan titik balik aktivitas (ekonomi) di Juni, setelah stimulus kebijakan dimulai."
Tim Harcourt, kepala ekonom di Institute for Public Policy and Governance di University of Technology Sydney, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada juga beberapa tanda ekonomi yang menggembirakan.
“Ada tanda-tanda kesulitan pengiriman mereda. Harga komoditas sehat. Jadi itu alasan bagus untuk percaya diri dengan perkiraan Bank Dunia, ”kata Harcourt.
“Tetapi eskalasi konflik Rusia-Ukraina dan tekanan inflasi dapat menyebabkan revisi di kemudian hari.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.