MOSKWA, KOMPAS.com - Kepala Uni Afrika Macky Sall mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membantu meringankan penderitaan negara-negara Afrika, yang turut menjadi korban tak bersalah dari perang di Ukraina.
Putin harus "sadar bahwa negara-negara kita (di Benua Afrika), bahkan meski jauh dari pusat konflik (serangan Rusia ke Ukraina), menjadi korban karena krisis ekonomi ini", kata Sall kepada pemimpin Rusia itu sebagaimana dilansir dari BBC pada Jumat (3/6/2022).
Baca juga: 100 Hari Perang Rusia-Ukraina: Menilik Kerugian Perang di Kedua Sisi
Pria yang merupakan presiden Senegal itu, juga mengaku menyampaikan keprihatinannya atas nama negara-negara lain di Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.
Setelah pembicaraan di Sochi, Macky Sall mengatakan pemimpin Rusia itu telah berjanji untuk memudahkan ekspor sereal dan pupuk, tetapi tidak memberikan rincian.
Putin mengatakan Rusia siap untuk menjamin keamanan ekspor gandum Ukraina melalui pelabuhan di Azov dan Laut Hitam yang dikontrolnya.
Tapi menurutnya, solusi terbaik adalah mencabut sanksi terhadap Belarus (sekutu dekat Rusia), sehingga biji-bijian dapat dikirim dengan cara itu.
Beberapa analis berpendapat Kremlin berharap bahwa krisis pangan yang mengancam akan memberikan tekanan politik pada Barat, dengan memprovokasi arus pengungsi baru yang besar ke Eropa dari negara-negara rawan pangan di Timur Tengah dan Afrika.
Baca juga: Kremlin Klaim Rusia Capai Target dalam 100 Hari Perang di Ukraina
Lebih dari 40 persen gandum yang dikonsumsi di Afrika biasanya berasal dari Rusia dan Ukraina.
Namun pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sebagian besar telah diblokir untuk ekspor sejak serangan Rusia ke Ukraina dimulai.
Kyiv dan sekutunya menyalahkan Moskwa karena memblokade pelabuhan, yang coba dipertahankan Ukraina untuk mencegah serangan amfibi Rusia.
Putin membantah Moskwa mencegah pelabuhan Ukraina mengekspor biji-bijian.
Koordinator krisis PBB Amin Awad di Jenewa mengatakan bahwa kegagalan untuk membuka pelabuhan-pelabuhan itu akan mengakibatkan kelaparan.
Dia mengatakan kekurangan biji-bijian dapat mempengaruhi 1,4 miliar orang, dan memicu migrasi massal.
Perang memperburuk kelangkaan yang sudah ada di Afrika, yang disebabkan oleh panen buruk dan ketidakamanan.
Baca juga: China dan India Disebut Bisa Selamatkan Rusia dari Sanksi, Caranya?
Harga pangan telah melonjak di seluruh benua sejak invasi Rusia ke Ukraina 100 hari yang lalu. Akibatnya, sejumlah besar orang terperosok dalam ancaman kelaparan.
Kepala Program Pangan Dunia, Mike Dunford, mengatakan lebih dari 80 juta orang mengalami kerawanan pangan akut, kelaparan akut di Afrika. Jumlah itu naik dari sekitar 50 juta orang dari tahun lalu.
Menurut PBB, Chad telah mengumumkan darurat pangan nasional. Sepertiga penduduk negara itu membutuhkan bantuan makanan, dan pemerintahnya telah meminta bantuan internasional.
Sebelum pertemuan pada Jumat (3/6/2022), Putin mengatakan dia selalu berada di pihak Afrika, tetapi tidak secara eksplisit menyebutkan krisis pangan di benua itu.
Seperti banyak negara Afrika, Senegal menghindari memihak dalam konflik Rusia-Ukraina.
Baca juga: Rusia Disebut Kirim Biji-bijian Curian ke Luar Negeri, Termasuk Turkiye
Pemimpin Senegal itu juga mengatakan pasokan makanan harus terhindar dari sanksi Barat ke Rusia.
Dia mengatakan telah menekankan poin tersebut, ketika dia berbicara dengan Dewan Eropa awal pekan ini.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menolak gagasan bahwa Barat memikul tanggung jawab atas kenaikan harga global.
"Ini adalah kenaikan harga Putin. Perang Putin telah menaikkan harga makanan karena Ukraina dan Rusia adalah dua lumbung utama dunia untuk gandum dan jagung, produk dasar untuk begitu banyak makanan di seluruh dunia," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.