Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara Netral Eropa Mulai Daftar NATO, Apakah Austria Selanjutnya?

Kompas.com - 30/05/2022, 20:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

WINA, KOMPAS.com - Lima puluh orang terkemuka Austria secara terbuka mempertanyakan sikap negara tersebut terhadap netralitas, setelah Finlandia dan Swedia mendaftar menjadi anggota NATO bulan ini atas kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina meluas.

Dengan menyatakan niat mereka untuk bergabung dengan aliansi pertahanan NATO, Finlandia dan Swedia masing-masing meninggalkan netralitas selama puluhan tahun dan berabad-abad.

Baca juga: Erdogan Tegaskan Tak Akan Biarkan Finlandia dan Swedia Gabung NATO

Akan tetapi, tidak seperti kedua negara Nordik itu, di dalam negeri Austria belum ada dukungan mayoritas untuk bergabung dengan aliansi pertahanan tersebut.

Kanselir Austria Karl Nehammer sebelumnya telah secara tegas mengatakan Austria tidak berniat mengikuti jejak Finlandia dan Swedia.

"Austria netral, Austria netral, dan Austria akan tetap netral," tegasnya mengulangi sentimen pada April, sesaat sebelum melakukan perjalanan ke Moskwa untuk memohon kepada Presiden Rusia Vladimir Putin mengakhiri serangan Rusia ke Ukraina.

Baca juga: AS Yakin NATO Percepat Proses Penerimaan Finlandia dan Swedia

Namun kemudian DW mewartakan pada Sabtu (21/5/2022), 50 tokoh terkemuka Austria -- dari bisnis, politik, akademisi, dan masyarakat sipil -- mengangkat masalah ini ke publik.

Dalam sebuah surat terbuka, mereka meminta Presiden Federal Alexander van der Bellen untuk memeriksa secara independen apakah kebijakan netralitas negara itu sesuai dengan zaman.

"Secara historis, berbagai pihak telah membuat sejumlah dorongan untuk menghilangkan netralitas tetapi mereka selalu gagal," kata ilmuwan politik Wina Heinz Gartner dilansir dari DW.

"Tidak ada partai politik besar yang menginginkannya dan rakyat juga tidak (melepas netralitas)."

Jajak pendapat secara teratur menunjukkan bahwa sekitar 75 persen orang Austria ingin mempertahankan netralitas.

Orang akan berpikir ini akan menandakan akhir dari diskusi. Namun, itu menimbulkan pertanyaan mengapa netralitas Austria tampak begitu tidak dapat dinegosiasikan, terutama karena negara tersebut menempuh jalur kebijakan luar negeri yang jauh lebih aktif daripada Swedia, Finlandia atau negara tetangga Swiss.

Baca juga: Alasan Mengapa Turki Tak Setuju Swedia dan Finlandia Gabung NATO

Mengapa Austria menjadi negara netral?

Austria pernah menjadi salah satu kekuatan besar dunia dan sebagian besar sejarahnya sama sekali tidak netral.

Itu terlihat dengan merunut sejarah dari pemerintahan Kekaisaran Romawi Suci, atau kemudian pada abad ke-19 sebagai Kekaisaran Austria. Terakhir setelah 1867 sebagai Kekaisaran Austro-Hongaria, ketika kerajaan itu menguasai sebagian besar Balkan membentang ke Ukraina saat ini.

Kepemilikan teritorial Austria dipangkas kembali ke perbatasannya saat ini sebagai akibat dari kekalahannya dalam Perang Dunia I dan ketentuan Perjanjian Saint Germain 1919.

Namun, negara tersebut tidak secara resmi menjadi netral hingga 26 Oktober 1955. Tepatnya, 10 tahun setelah mengalami kekalahan militer lainnya dalam Perang Dunia II -- dengan penandatanganan Perjanjian Negara Austria, yang menetapkan kembali Austria sebagai negara berdaulat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com