Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Ukraina: Mengapa Donbass Jadi Target Minimum Invasi Rusia Saat Ini?

Kompas.com - 29/05/2022, 19:00 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

Stasiun kereta di Kramatorsk berjarak paling jauh dari wilayah timur Ukraina, tapi menjadi satu-satunya yang masih beroperasi.

Maryna Agafonova (27 tahun) melarikan diri dari rumah keluarganya di Lysychansk. Dia meninggalkan orang tuanya saat peluru artileri Rusia terus berjatuhan di wilayahnya.

"Mereka menyerang rumah sakit dan bangunan tempat tinggal. Tidak ada pemanas dan listrik," ujarnya.

Pasukan Ukraina masih bertahan di sana, kata Maryna kepada BBC. "Mereka tidak membiarkan Rusia mendudukinya."

Bertahan di bawah kendali kelompok pro-Rusia di Luhansk

Kehidupan di bawah kendali kelompok pro-Rusia relatif lebih tenang, meskipun mereka menuduh pasukan Ukraina menembaki bangunan tempat tinggal dan membunuh warga sipil.

Para pejabat di negara bagian Donetsk mengatakan, 72 warga sipil tewas sejak pertengahan Februari lalu.

Seorang perempuan di Luhansk mengatakan kepada BBC bahwa dia telah melihat banyak kekuatan militer Rusia di kotanya. Warga kota sekarang ketakutan dan penuh kehati-hatian.

"Saya takut. Memang menakutkan," kata perempuan yang enggan namanya disebutkan ini.

Laki-laki yang cukup umur diharuskan bergabung dengan milisi lokal. Dia berkata, siapa pun yang menghindari wajib militer pasti bersembunyi.

"Mereka memobilisasi laki-laki di jalanan, menangkap mereka. Tidak ada laki-laki di toko-toko, di kota, di jalanan," tuturnya. Akibat dari situasi ini, semua bisnis yang dikendalikan para laki-laki tutup.

"Kami sudah menjadi Rusia, meskipun hanya secara informal. Setiap orang memiliki paspor Rusia," ucapnya.

Baca juga: Menlu Rusia: Barat Sudah Nyatakan Perang Total dengan Kami

Akankah pasukan Ukraina bertahan?

Pada awal perang Rusia-Ukraina ini, 10 brigade yang membentuk Operasi Pasukan Gabungan (JFO) di timur dianggap sebagai tentara paling lengkap dan paling terlatih yang dimiliki Ukraina.

"Kami tidak benar-benar tahu kekuatan pasukan Ukraina sekarang," kata Sam Cranny-Evans, peneliti Rusia. Dia yang yakin jumlah pasukan itu meningkat seiring bergabungnya sukarelawan dalam beberapa pekan terakhir.

Sementara itu, pasukan Rusia mengalami kerugian besar setelah menjalani perang lebih dari lima minggu. Moral mereka diyakini terus anjlok.

Pasukan Rusia ini terdiri dari orang-orang yang terdaftar dari daerah separatis lokal serta tentara Rusia dari wilayah-wilayah lain.

"Tujuan utama Ukraina adalah untuk menimbulkan kerugian sebesar mungkin di pihak Rusia, dan Ukraina menggunakan taktik asimetris untuk menghindari pertempuran besar," kata Konrad Muzyka.

Seorang pria bernama Mykyta yang berhasil melarikan diri dari pemboman Rusia di Mariupol mengatakan dia yakin tentara Ukraina akan berhasil melawan.

"Suatu hari mereka akan mengembalikan kota kami, batalyon Azov tidak akan menyerahkan Mariupol," katanya kepada BBC.

"Tentara Ukraina sangat licik, saya tidak melihat mereka di kota saya, tapi saya mendengar mereka, mereka sangat pandai menyamar," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

[POPULER GLOBAL] Serangan Israel Bakar Hidup-hidup Pengungsi | Biden Terkesan Membela

Global
Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Terungkap Identitas Penjual Sotong di Thailand yang Viral karena Mirip Aktor Keanu Reeves

Global
Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Di Tengah Kemarahan Global, Israel Serang Kamp Pengungsi Lagi di Rafah, 21 Orang Tewas

Global
Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Di Tengah Kecaman Global, Tank-tank Israel Diam-diam Telah Capai Pusat Kota Rafah

Global
Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Bagaimana China Membantu Rusia Hadapi Dampak Sanksi Barat?

Internasional
Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Saat 145 Negara Kini Akui Negara Palestina...

Global
Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Produsen Susu Australia Lirik Peluang dari Program Makan Siang Gratis Prabowo

Global
Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Keluh Kesah Warga Jepang soal Turis Gunung Fuji, Kini Pemandangan Ditutup

Global
Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Spanyol dan Norwegia Resmi Akui Negara Palestina, Irlandia Segera Menyusul

Global
Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Influencer Pendidikan China Terlampau Disiplin, Pendekatan Belajarnya Picu Kontroversi

Global
Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Sempat Alami Masalah Kesehatan, Ini Kondisi Terkini Mike Tyson

Global
Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Kata Biden soal Serangan Israel ke Rafah yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi di Tenda

Global
Sejumlah 'Influencer' Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Sejumlah "Influencer" Kaya Raya di China Hilang dari Media Sosial, Ada Apa?

Global
Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Uni Eropa: Ukraina Berhak Pakai Senjata Barat untuk Serang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com