Perusahaan energi milik negara Rusia Gazprom telah memutuskan pasokan ke Polandia dan Bulgaria. Mereka mengatakan tidak akan memulai kembali ini sampai pembayaran dilakukan dalam rubel.
Uni Eropa mengatakan pihaknya menganggap tindakan Rusia sebagai bentuk pemerasan.
Banyak negara Uni Eropa lainnya akan menghadapi masalah yang sama sekitar pertengahan Mei ketika pembayaran jatuh tempo.
Adapun pembayaran dalam rubel akan menopang mata uang Rusia dan menguntungkan ekonominya.
Baca juga: Tanggapi “Provokasi“ Latihan Militer Rusia-China Dekat Wilayahnya, Jepang Sebar Jet Tempur
Analis riset Ben McWilliams mengatakan seharusnya lebih mudah untuk menemukan pemasok alternatif untuk minyak daripada gas. Sebab selain Rusia, "ada juga banyak pengiriman dari tempat lain".
Beberapa negara, anggota IEA, telah melepaskan setara dengan 120 juta barel dari stok minyak, ini merupakan pelepasan cadangan terbesar dalam sejarahnya.
Pada akhir Maret, Presiden AS Joe Biden memerintahkan pelepasan besar-besaran minyak dari cadangan Amerika dalam upaya untuk menurunkan biaya bahan bakar yang tinggi.
AS juga ingin Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya dan sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap minyak Venezuela.
Von der Leyen memperingatkan bahwa mematuhi tuntutan Rusia akan melanggar sanksi UE dan akan "berisiko tinggi" bagi perusahaan yang melakukannya.
Negara-negara UE terpecah tentang seberapa cepat mereka mengurangi ketergantungan pada pasokan energi Rusia.
Perusahaan gas di beberapa negara Uni Eropa, termasuk Jerman, Hongaria dan Slovakia, telah setuju membayar gas dalam euro melalui bank Rusia Gazprombank, yang kemudian akan mengubah pembayaran menjadi rubel.
Baca juga: Hongaria Nyatakan Status Darurat Nasional akibat Perang Rusia di Ukraina
Financial Times telah melaporkan bahwa perusahaan gas di Austria dan Italia juga berencana untuk membuka rekening dengan Gazprombank.
Uni Eropa akhirnya berdalih pekan lalu bahwa jika pembeli gas Rusia dapat menyelesaikan pembayaran dalam euro dan mendapatkan konfirmasi sebelum konversi ke rubel terjadi, itu tidak akan melanggar sanksi.
Namun ada pandangan yang berbeda di antara negara-negara tentang bagaimana menafsirkan panduan awalnya. Diplomat UE pun mengatakan mereka ingin kejelasan lebih lanjut tentang masalah ini.
Pada 2019 Rusia menyumbang 41 persen dari impor gas alam UE.