SEOUL, KOMPAS.com - Ryu Yong Chol muncul menjadi juru biaca Korea Utara dalam pertempuran negara yang terisolasi itu melawan epidemi, setelah pengumuman “infeksi pertamanya” negara minggu lalu.
Tidak banyak pejabat Kim Jong Un yang dikenal luas. Namun Ryu memiliki kedudukan setara dengan ahli Covid-19 Amerika Serikat (AS) Dr Anthony Fauci, atau Direktur Badan Pencegahan Penyakit Korea Selatan Jeong Eun-kyeong.
Baca juga: Tolak Bantuan Vaksin, Korea Utara Anjurkan Warga Kumur Air Garam untuk Atasi Covid-19
Setiap pukul pukul 09.30 waktu setempat, pejabat bersuara lembut ini akan muncul di televisi Korea Utara untuk melaporkan jumlah orang yang demam dan kematian baru.
Dia juga akan untuk menjelaskan langkah-langkah untuk menghentikan gelombang pertama wabah Covid-19 Korea Utara yang terkonfirmasi.
Korea Utara tidak melaporkan satu pun kasus Covid-19 selama lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 global, dengan perbatasannya yang ditutup rapat.
Para skeptis di luar negeri menilai hal itu lebih merupakan cerminan kerahasiaan negara yang secara tradisional tertutup, dan tidak menggambarkan kondisi nyata infeksi virus corona di negara itu.
Sejak mengonfirmasi wabah pertamanya dan menyatakan keadaan darurat pekan lalu, Korea Utara telah mengubah taktik.
Tampaknya, pemerintahan Kim Jong Un juga mulai mengambil pedoman dari banyak negara lain.
Hal itu terlihat dengan dimulainya publikasi data terperinci tentang penyebaran virus, dan saran tentang cara menghindarinya.
Baca juga: Covid Korea Utara: 3 Pesawat Terbesar Dikirim ke China untuk Ambil Bantuan Medis
Menurut laporan KCNA, Ryu bekerja untuk markas besar pencegahan epidemi darurat negara bagian, yang tampaknya baru dibentuk untuk mengatasi Covid-19.
Seperti yang badan pengendalian pandemi di banyak negara, agensi Korea Utara ini mengadakan briefing harian yang diketuai oleh Ryu, meskipun tanpa pertanyaan dari wartawan.
Ryu, mengenakan setelan jas dan dengan kacamata, menampilkan kapasitasnya sebagai seorang ahli, “normal”, dan "to the point dalam penyampaian.
Siaran publikasinya sangat berbeda dari acara berita televisi Korea Utara umumnya, yang dikontrol ketat dan terkenal dengan penyampaian khas penyiarnya dan komandan militer yang lebih suka “berbicara manis”.
"Kita harus memperkuat upaya untuk mengendalikan dan mengisolasi setiap orang yang terinfeksi tanpa kecuali, sehingga benar-benar menghilangkan ruang di mana penyakit menular dapat menyebar," kata Ryu pada Jumat (20/5/2022).
Dia mendesak warga untuk "menjaga celah" infeksi di teritorinya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Korea Utara Diduga Sudah Mendekati Angka 2 Juta
Korea Utara telah melaporkan 2.241.610 orang menderita demam dan 65 kematian di antara 25 juta penduduknya.
Tak sampai setengah dari mereka yang diduga memiliki gejala Covid-19 yang bisa di konfirmasi positif Covid-19. Masalahnya, negara itu tidak memiliki kapasitas pengujian.
Sedikit yang diketahui tentang Ryu, termasuk kualifikasi medisnya.
Dalam laporan media pemerintah Juli 2017 yang dilansir Reuters, seorang direktur jenderal di kementerian kesehatan dengan nama yang sama menuduh Korea Selatan "merencanakan serangan teror biokimia" terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Korea Selatan membantah tuduhan itu.
Seorang pejabat di kementerian unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan Korea Utara, mengatakan Ryu sebelumnya memegang posisi tersebut.
Akan tetapi tidak jelas apakah dia adalah orang yang disebutkan dalam laporan itu.
Baca juga: Korsel: Korea Utara Sudah Selesai Persiapan Uji Coba Nuklir
“Strategi media baru Korea Utara tentang keterbukaan yang nyata pada Covid-19 sejalan dengan dorongan Kim untuk membangun ‘keadaan normal’, dengan meningkatkan transparansi dan mengakui cacat (pemerintahnya),” kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
"Dia juga dapat mendorong orang untuk melaporkan gejala dan bergabung dalam upaya untuk menjinakkan wabah, di mana partisipasi publik adalah kuncinya," kata Yang sebagaimana dilansir Reuters pada Sabtu (21/5/2022).
Namun menurut Yang, informasi yang disampaikan Ryu masih menyimpan beberapa nilai propaganda. Pasalnya, angkanya relatif lebih rendah daripada yang dilaporkan di tempat lain.
Pejabat kementerian unifikasi lainnya mengatakan Korea Utara mungkin telah mengambil pelajaran dari negara lain, dan merilis fakta dan angka sebagai bagian dari upaya untuk "memobilisasi segala cara yang tersedia", mengingat urgensi wabah tersebut.
Tetapi Yang menyorot apa yang tampaknya merupakan kematian yang jauh lebih rendah daripada di negara-negara lain. Dia mengatakan jumlah korban tewas mungkin tidak dilaporkan untuk mencegah masalah politik.
"Menerbitkan jumlah korban tewas dapat memerlukan pertimbangan politik karena lonjakan kematian kemungkinan akan memicu ketakutan orang dan sentimen publik yang buruk," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.