KYIV, KOMPAS.com - Perundingan damai antara Rusia dan Ukraina mengalami stagnasi, kata para pejabat pada Selasa (17/5/2022).
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kondisi itu dan Rusia mengindikasikan kembalinya perundingan mungkin sulit untuk dilakukan.
Rusia menuduh Ukraina mengeraskan pendiriannya dan Barat mendukung pemerintah di Kyiv.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Belgia ingin menggunakan Ukraina untuk keuntungan strategis mereka.
Lavrov yakin tidak ada kesepakatan dalam waktu dekan yang dapat dibuat jika negosiator mencoba untuk "mentransfer dialog" untuk fokus pada apa yang Barat katakan daripada situasi langsung di Ukraina.
Menurut dia, hal itu akan menjauhkan peluang untuk kemajuan dalam pembicaraan antara Rusia dan Ukraina.
"Kami selalu mengatakan bahwa kami siap untuk negosiasi... Tapi, kami tidak diberi pilihan lain," kata Lavrov, dilansir dari Reuters.
Ukraina dan Rusia telah mengadakan pembicaraan damai intermiten sejak akhir Februari 2022, hanya beberapa hari setelah Rusia menginvasi tetangganya.
Namun, hanya ada sedikit komunikasi di antara kedua negara itu dalam beberapa pekan terakhir ini.
Baca juga: Diboikot Negara Barat, Ekspor Minyak Rusia ke India Melonjak, Naik Jadi Pemasok Terbesar Keempat
Pada hari yang sama, Wakil Lavrov Andrey Rudenko mengatakan Ukraina secara praktis telah menarik diri dari proses negosiasi. Sementara negosiator Rusia Leonid Slutsky, mengatakan pembicaraan tidak dilakukan dalam format apa pun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.