Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sukses Uji Coba Senjata Hipersonik 'Lima Kali Kecepatan Suara'

Kompas.com - 17/05/2022, 18:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) telah berhasil menguji senjata hipersonik, menurut Angkatan Udara AS.

Tes dilakukan pada Sabtu (14/5/2022) di Samudra Pasifik di lepas pantai California selatan, tetapi dikonfirmasi pada dini hari Selasa (17/5/2022) sebagaimana dilansir Sky News.

Baca juga: Kim Jong Un Pamerkan Nuklir Hipersonik yang Bisa Hantam Pangkalan AS dalam Pawai Militer Terbaru

Angkatan Udara AS mengatakan bahwa senjata respon cepat yang diluncurkan dari udara (ARRW) diluncurkan oleh pembom B-52.

"Setelah pemisahan dari pesawat, booster ARRW menyala dan terbakar selama durasi yang diharapkan, mencapai kecepatan hipersonik lima kali lebih besar dari kecepatan suara," tambah mereka dalam sebuah pernyataan.

Itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Inggris, AS dan Australia sepakat untuk bekerja sama dalam persenjataan hipersonik dan anti-hipersonik.

Kesepakatan Australia-Inggris-AS - atau AUKUS - yang diumumkan September lalu awalnya berkonsentrasi pada pengembangan kapal selam nuklir di Pasifik, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas China.

Tetapi fokus telah berkembang sejak invasi Rusia ke Ukraina, yakni untuk memasukkan bidang kerja sama baru seperti senjata hipersonik.

Baca juga: China Respons Keras Pengembangan Rudal Hipersonik AUKUS

Pada Maret, Rusia mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan rudal hipersonik "Kinzhal" di Ukraina.

Senjata itu dilaporkan dapat terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, dan tidak dapat dilacak atau dicegat dengan kecepatan itu oleh sistem pertahanan yang ada saat ini.

Peluncurannya berhasil menghancurkan gudang bawah tanah yang menyimpan rudal dan amunisi pesawat di sebelah barat Ukraina, menurut klaim seorang pejabat kementerian pertahanan Rusia.

Perang apokaliptik negara adidaya

Analis pertahanan Profesor Michael Clarke mengatakan kepada Sky News pada saat itu bahwa senjata itu dikembangkan "untuk prospek perang apokaliptik antara negara adidaya".

Dia menambahkan: "Anda tidak bisa bertahan melawannya. Anda tidak bisa melihatnya. Anda tidak bisa mempersiapkannya."

AS mengatakan China juga telah menguji senjata hipersonik, meskipun kementerian luar negeri China telah membantahnya.

Baca juga: AS, Inggris dan Australia Buat Senjata Hipersonik, Ketar-ketir Hadapi Rusia dan China?

Korea Utara mengklaim telah menguji senjata hipersonik pada Januari lalu.

Awal bulan ini, sebuah komite anggota parlemen memperingatkan bahwa angkatan bersenjata Inggris mungkin tidak memiliki "kemampuan memenangkan pertempuran modern" yang mereka butuhkan untuk tuntutan perang di masa depan.

Komite bersama publik mengatakan invasi Rusia ke Ukraina adalah pengingat dari "risiko dan tanggung jawab" yang datang dengan keanggotaan NATO Inggris.

Meskipun anggaran meningkat 16,5 miliar poundsterling (Rp 300,9 triliun) dalam empat tahun hingga 2024-2025, ia menyatakan frustrasi pada "kepuasan" di dalam Kementerian Pertahanan Inggris atas keterjangkauan rencana peralatannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com