Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Hari Ke-47 Serangan Rusia ke Ukraina, Prospek Perdamaian Suram, AS-Eropa Bergerak Kirim Lebih Banyak Senjata

Kompas.com - 12/04/2022, 06:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Bloomberg

"Dengan keputusan yang saya buat, Jerman memutus tradisi panjang untuk memasok senjata ke negara seperti Ukraina," kata Scholz kepada wartawan Senin (11/4/2022) pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Albania Edi Rama.

Kanselir mengungkap pengiriman senjata Jerman seperti rudal anti-tank, rudal anti-pesawat dan amunisi selama beberapa minggu terakhir.

"Dan kami akan terus mendukung Ukraina," katanya. “Kami akan melakukan ini dengan kerja sama yang erat dengan semua teman kami, yang dengannya kami berkoordinasi dalam hal ini. Tidak akan ada yang berjalan sendiri, tetapi hanya tindakan bersama dan dipertimbangkan dengan cermat.”

Baca juga: Biden Sebut Pembunuhan di Ukraina Kejahatan Perang, Korea Utara: Situ Pikun?

Pilpres Perancis, petahana mencap lawan sebagai sekutu Putin

Tim Presiden Prancis Emmanuel Macron melukis lawannya Marine Le Pen sebagai "sekutu Vladimir Putin" pada Senin (11/4/2022), ketika mereka memulai serangan kampanye yang akan berlangsung selama dua minggu ke depan menjelang pemungutan suara terakhir.

Le Pen hanya selisih empat persen di belakang Macron di putaran pertama pemilihan Perancis pada Minggu (10/4/2022) dan keduanya akan saling berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua pada 24 April.

Jajak pendapat memberi presiden petahanan Perancis berusia 44 tahun itu keuntungan menuju ke fase akhir pemilihan, namun kampanye Le Pen telah mendapatkan momentum.

Masalah embargo minyak Rusia

Beberapa negara mendesak embargo impor minyak Rusia pada pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, menurut pejabat yang menolak disebutkan namanya membahas sesi tertutup.

Negara-negara Uni Eropa yang menyerukan larangan minyak termasuk Polandia dan negara-negara Baltik, kata para pejabat.

Baca juga: Zelensky Tuntut Barat Mempercepat Embargo Minyak Rusia: “Penundaan Merenggut Nyawa”

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan kepada para menteri bahwa Jerman tidak menentang embargo minyak, tetapi blok itu perlu menghindari tindakan yang lebih merugikan Eropa daripada Rusia, kata mereka.

Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto setelah bertemu dengan rekan-rekan Uni Eropa di Luksemburg mengatakan sekitar lima sampai tujuh anggota Uni Eropa memerlukan masa transisi sebelum menjatuhkan sanksi atas pembelian minyak Rusia. Maksudnya agar mereka dapat mengamankan pasokan energi dan menghindari kerusuhan dalam negeri,

Alami surplus penjualan energi sanksi gagal goyahkan Rusia?

Rusia memiliki cadangan emas dan yuan yang cukup setelah sanksi Barat membekukan aksesnya ke dolar dan euro, kata Gubernur bank sentral Elvira Nabiullina dalam laporan tahunan kepada parlemen.

Baca juga: Ukraina Selidiki 5.600 Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia

“Proses penyesuaian yang sulit dengan kondisi baru pasti akan menyebabkan penurunan produk domestik bruto. Tetapi ekonomi Rusia akan dapat kembali ke lintasan pertumbuhan, mengembangkan produksi, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan investasi domestik,” ujarnya.

Bank Rusia, yang dijalankan Nabiullina, mengatakan negara itu melaporkan surplus transaksi berjalan terbesar setidaknya sejak 1994, karena pendapatan dari ekspor minyak dan gas melonjak dan impor jatuh setelah AS dan sekutunya memberlakukan sanksi yang mengecualikan penjualan energi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com