MARIUPOL, KOMPAS.com - Penduduk Kota Mariupol menjadi sangat putus asa sehingga beberapa orang saling berebut makanan selama pengepungan Rusia atas kota pelabuhan di Ukraina tersebut.
Hal itu dilaporkan oleh Komite Internasional Palang Merah Internasional (ICRC) pada Kamis (10/3/2022).
"Penduduk mulai saling menyerang untuk mendapatkan makanan. Orang-orang juga mulai merusak mobil orang lain untuk mengambil bensinnya," kata Perwakilan ICRC yang berbasis di Kota Mariupol, Sasha Volkov, dalam rekaman audio.
Baca juga: Pasca-serangan RS di Mariupol, Pasukan Rusia Terus Mengepung Kyiv
Menurut dia, banyak penduduk Kota Mariupol yang tidak memiliki air sama sekali untuk minum.
Volkov mengatakan, semua toko dan apotek di Kota Mariupol telah dijarah empat hingga lima hari yang lalu.
"Beberapa orang masih memiliki makanan tetapi saya tidak yakin berapa lama itu akan bertahan. Banyak orang melaporkan tidak memiliki makanan untuk anak-anak," ungkap dia, dikutip dari AFP.
Badan-badan bantuan telah mengatakan kota pelabuhan di Ukraina selatan menghadapi situasi "apokaliptik", tanpa air, listrik, atau panas selama lebih dari seminggu ketika pasukan Rusia membombardirnya.
Upaya evakuasi warga sipil telah gagal, dengan Ukraina dan Rusia saling menuduh pelanggaran gencatan senjata.
Baca juga: Serangan Rusia Dilaporkan Hantam Rumah Sakit di Mariupol, Anak-anak Tertimbun Reruntuhan
Volkov mengatakan, pasar gelap telah muncul di mana penduduk Kota Mariupol bisa mendapatkan sayuran, tetapi tidak untuk daging. Sementara itu, pasokan medis di kota sudah langka.
Pesan audionya juga menggambarkan adegan di mana warga sipil berjuang untuk tetap hangat dan aman dari serangan Rusia di tempat penampungan sesak.
"Orang-orang sudah sakit karena kedinginan. Mereka tidak punya tempat untuk pergi," katanya.
Beberapa pekerja ICRC telah berhasil mengumpulkan makanan untuk bertahan beberapa hari lagi dari bangunan yang rusak atau hancur.
"Kami sudah mulai sakit, banyak dari kami, karena kelembapan dan dingin. Kami berusaha mencapai standar kebersihan sebanyak mungkin, tetapi tidak selalu benar-benar memungkinkan," ungkap Volkov.
Kemarahan internasional atas situasi kemanusiaan Kota Mariupol yang memburuk tumbuh pada Rabu (9/3/2022), setelah serangan udara menghantam rumah sakit anak-anak, menewaskan sedikitnya tiga orang termasuk seorang gadis muda.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Uni Eropa (UE) menyebut insiden itu sebagai "kejahatan perang".
Namun, Rusia mengatakan, bangunan itu melindungi pejuang ultranasionalis Ukraina, menggambarkan serangan itu sebagai "provokasi bertahap" untuk memicu sentimen anti-Rusia.
Baca juga: Pemimpin Uni Eropa Tolak Keanggotaan Ukraina Lewat “Jalur Cepat”
Mengambil kota yang berlokasi strategis akan memungkinkan Rusia untuk menghubungkan pasukan di semenanjung Crimea yang dicaplok dengan pasukan di wilayah Donbas timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.