Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkepung Rusia, Warga Kota Mariupol Mulai Saling Serang untuk Dapatkan Makanan dan Bensin

Kompas.com - 11/03/2022, 09:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

MARIUPOL, KOMPAS.com - Penduduk Kota Mariupol menjadi sangat putus asa sehingga beberapa orang saling berebut makanan selama pengepungan Rusia atas kota pelabuhan di Ukraina tersebut.

Hal itu dilaporkan oleh Komite Internasional Palang Merah Internasional (ICRC) pada Kamis (10/3/2022).

"Penduduk mulai saling menyerang untuk mendapatkan makanan. Orang-orang juga mulai merusak mobil orang lain untuk mengambil bensinnya," kata Perwakilan ICRC yang berbasis di Kota Mariupol, Sasha Volkov, dalam rekaman audio.

Baca juga: Pasca-serangan RS di Mariupol, Pasukan Rusia Terus Mengepung Kyiv

Menurut dia, banyak penduduk Kota Mariupol yang tidak memiliki air sama sekali untuk minum.

Volkov mengatakan, semua toko dan apotek di Kota Mariupol telah dijarah empat hingga lima hari yang lalu.

"Beberapa orang masih memiliki makanan tetapi saya tidak yakin berapa lama itu akan bertahan. Banyak orang melaporkan tidak memiliki makanan untuk anak-anak," ungkap dia, dikutip dari AFP.

Badan-badan bantuan telah mengatakan kota pelabuhan di Ukraina selatan menghadapi situasi "apokaliptik", tanpa air, listrik, atau panas selama lebih dari seminggu ketika pasukan Rusia membombardirnya.

Upaya evakuasi warga sipil telah gagal, dengan Ukraina dan Rusia saling menuduh pelanggaran gencatan senjata.

Baca juga: Serangan Rusia Dilaporkan Hantam Rumah Sakit di Mariupol, Anak-anak Tertimbun Reruntuhan

Volkov mengatakan, pasar gelap telah muncul di mana penduduk Kota Mariupol bisa mendapatkan sayuran, tetapi tidak untuk daging. Sementara itu, pasokan medis di kota sudah langka.

Pesan audionya juga menggambarkan adegan di mana warga sipil berjuang untuk tetap hangat dan aman dari serangan Rusia di tempat penampungan sesak.

"Orang-orang sudah sakit karena kedinginan. Mereka tidak punya tempat untuk pergi," katanya.

Beberapa pekerja ICRC telah berhasil mengumpulkan makanan untuk bertahan beberapa hari lagi dari bangunan yang rusak atau hancur.

"Kami sudah mulai sakit, banyak dari kami, karena kelembapan dan dingin. Kami berusaha mencapai standar kebersihan sebanyak mungkin, tetapi tidak selalu benar-benar memungkinkan," ungkap Volkov.

Kemarahan internasional atas situasi kemanusiaan Kota Mariupol yang memburuk tumbuh pada Rabu (9/3/2022), setelah serangan udara menghantam rumah sakit anak-anak, menewaskan sedikitnya tiga orang termasuk seorang gadis muda.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Uni Eropa (UE) menyebut insiden itu sebagai "kejahatan perang".

Namun, Rusia mengatakan, bangunan itu melindungi pejuang ultranasionalis Ukraina, menggambarkan serangan itu sebagai "provokasi bertahap" untuk memicu sentimen anti-Rusia.

Baca juga: Pemimpin Uni Eropa Tolak Keanggotaan Ukraina Lewat “Jalur Cepat”

Mengambil kota yang berlokasi strategis akan memungkinkan Rusia untuk menghubungkan pasukan di semenanjung Crimea yang dicaplok dengan pasukan di wilayah Donbas timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com