Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Peringatkan AS dan Barat soal Pengiriman Senjata ke Ukraina

Kompas.com - 08/03/2022, 22:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

JENEWA, KOMPAS.com - Pengiriman senjata ke Ukraina oleh Barat secara terus-menerus dalam jumlah besar dapat memperburuk perangnya dengan Rusia, kata utusan China kepada PBB.

Dengan operasi militer Presiden Rusia Vladimir Putin mendekati tanda dua minggu dan pasukannya di pinggiran Kyiv, Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya telah memasok puluhan ribu senjata mematikan ke Ukraina.

Baca juga: 4 Negara Mencoba Jadi Pendamai Rusia Ukraina, tapi Punya Motif Masing-masing?

Jenisnya mulai dari senjata anti-pesawat yang diluncurkan dari bahu dan roket anti-tank—dan masih banyak lagi yang sedang dalam perjalanan.

Selama akhir pekan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengisyaratkan beberapa kemajuan dalam proposal untuk mentransfer jet tempur MiG-29 Polandia era Soviet ke angkatan udara Ukraina.

Langkah itu dilancarkan dengan jaminan bahwa Polandia kemudian menerima pengganti buatan Amerika.

Namun, ada juga kekhawatiran bahwa kesepakatan semacam itu dapat ditafsirkan di Moskwa sebagai beberapa bentuk intervensi Barat dalam invasi Rusia ke Ukraina.

China, sementara itu, telah menyatakan kesiapan untuk menengahi antara Kyiv dan Moskwa. Beijing mendesak kedua pemerintah mengadakan pembicaraan langsung.

Akan tetapi, China dinilai masih belum berbuat banyak mengingat kedekatan hubungan Presiden China Xi Jinping dengan Putin dari Rusia.

Baca juga: Lebih dari 2 Juta Orang Melarikan Diri dari Perang di Ukraina, Ini Negara yang Menampung

Pada Senin (7/3/2022), ketika Dewan Keamanan PBB bertemu untuk keempat kalinya dalam 15 hari, duta besar China, Zhang Jun, mengeluarkan peringatan langsung tentang bantuan militer asing yang sedang berlangsung dan upaya Ukraina sendiri untuk memperkuat perlawanan lokal melalui "legiun internasional" pejuang sukarelawan.

"Setiap tindakan yang kondusif untuk meredakan situasi di bawah penyelesaian politik akan menerima dukungan China," tegas Zhang sebagaimana dilansir Newsweek.

"Setiap tindakan yang tidak kondusif untuk mempromosikan solusi diplomatik, dan yang pada dasarnya berarti mengobarkan api, yang mengarah pada eskalasi, akan ditentang oleh China."

Dia mengulangi keberatan Beijing terhadap sanksi global—hukuman ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang melumpuhkan ekonomi Rusia. Utusan Beijing mengatakan tindakan itu dapat meluas merugikan negara lain juga.

"Mengimpor senjata ofensif ke Ukraina dan mengirim tentara bayaran, dapat memperburuk situasi dan menciptakan risiko yang semakin besar," kata Zhang, sebelum mendorong lebih banyak dilakukannya dialog damai.

Baca juga: Situasi Stasiun Kereta Api Kharkiv Dipenuhi Ribuan Warga Ukraina Berusaha Melarikan Diri dari Perang

Kekhawatiran atas hilangnya nyawa

Sejak Putin mengeluarkan perintah untuk menyerang Ukraina pada 24 Februari, Beijing telah secara terbuka mempertahankan posisi yang digambarkan oleh beberapa analis sebagai "netralitas pro-Rusia".

China menolak mengutuk kekerasan sambil mengambil pandangan Moskwa tentang AS dan NATO sebagai "penghasut" konflik. . Seperti di Rusia, pernyataan dari China berhati-hati menghindari penggambaran situasi konflik sebagai "invasi" atau bahkan "perang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com