Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pengunjuk Rasa Rusia: Maafkan Kami, Ukraina

Kompas.com - 28/02/2022, 14:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Sumber Antara

MOSKWA, KOMPAS.com - Alexandra dan Anna, keduanya 27 tahun, bergabung dengan sejumlah warga Rusia di depan kedutaan Ukraina di Moskwa pada Minggu (27/2/2022).

Mereka berkumpul untuk menyuarakan rasa malu, kesedihan, dan putus asa atas invasi Rusia dan meminta maaf kepada rakyat Ukraina, sebagaimana dilansir Antara.

Kedua sahabat itu, yang menolak menyebut nama belakang mereka, yakin kerabat mereka telah diberangkatkan ke Ukraina bersama Garda Nasional Rusia setelah menjalani latihan di Crimea.

Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina pada 2014 dan memulai invasi besar-besaran ke negara tetangganya itu Kamis (24/2/2022), yang ditanggapi oleh Barat dengan sanksi keras.

Baca juga: Warga Rusia Serbu Bank, Waswas Sanksi SWIFT Buat Nilai Mata Uang Rubel Anjlok

"Saya menentang perang ini dan saya ingin itu dihentikan segera. Hati saya bersama rakyat Ukraina, kepada mereka yang telah gugur, menderita dan berada di zona konflik," kata Alexandra yang bekerja di perhotelan.

Dia meletakkan bunga di seberang jalan, karena trotoar di depan kedutaan yang dipasangi barikade dan dijaga polisi. Beberapa peserta aksi menaruh tanda bertuliskan "Maafkan Kami" dan simbol hati dari kardus berwarna biru-kuning bendera Ukraina.

Semua benda-benda itu dibuang petugas setelah mereka bubar. Seorang polisi mengatakan kepada Reuters bunga-bunga itu disingkirkan setiap dua jam agar tidak mengganggu orang yang lewat.

Kejadian di depan kedutaan itu hanya satu dari sekian aksi protes anti perang yang ditindak keras oleh polisi Moskwa.

Baca juga: Sanksi Rusia dari Uni Eropa Makin Berat, Cakup Media hingga Wilayah Udara

Hampir 6.000 orang telah ditahan dalam protes-protes anti perang sejak Kamis, menurut kelompok pemantau protes OVD-Info. Banyak polisi berjaga di alun-alun ibu kota Rusia itu. Alun-alun Pushkin di pusat kota ditutup pada Minggu.

Belum ada jajak pendapat soal pandangan publik terhadap invasi, namun tingkat keterpilihan Presiden Vladimir Putin masih tinggi dan mayoritas penduduk tampak mendukungnya.

Penangkapan aktivis besar-besaran jarang terjadi di Rusia sejak kelompok oposisi pimpinan Alexei Navalny dihancurkan tahun lalu. Navalny kini mendekam di penjara.

Warga negara asing yang panik pada Minggu saling bertelepon dan membahas rencana untuk meninggalkan negara itu setelah Putin memerintahkan agar kekuatan nuklir Rusia ditempatkan dalam siaga tinggi.

Baca juga: Kelompok Hacker dari Belarus Turun Tangan, Ganggu Pengerahan Pasukan Rusia ke Ukraina

Sejumlah penduduk Moskwa tampak khawatir dengan sanksi Barat yang diperkirakan akan menimbulkan kekacauan pasar pada Senin (28/2/2022).

Beberapa ATM kehabisan uang tunai di Moskwa, orang-orang menunggu dalam antrean panjang untuk menarik uang di St Petersburg. Bank Raiffeisen menukar dolar dengan 150 rubel, padahal harganya masih 83 rubel saat penutupan pasar Jumat lalu.

Kedutaan AS mengimbau warga Amerika untuk meninggalkan Rusia secepatnya karena semakin banyak penerbangan dibatalkan dan negara-negara menutup wilayah udara mereka bagi maskapai Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com