Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China, Rusia hingga AS Sepakat Tidak Ada yang Bisa Memenangkan Perang Nuklir

Kompas.com - 04/01/2022, 19:18 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA/WASHINGTON DC, KOMPAS.com - China, Rusia, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat (AS) sepakat bahwa penyebaran lebih lanjut senjata nuklir dan perang nuklir harus dihindari.

Pernyataan bersama lima kekuatan nuklir dunia itu diterbitkan oleh Kremlin pada Senin (3/1/2022).

Baca juga: Jerman Nyatakan Energi Nuklir “Berbahaya”

Dikatakan bahwa lima negara - yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) - menyadari tanggung jawab utama mereka untuk menghindari perang antara negara-negara nuklir.

Tanggung jawab itu termasuk untuk mengurangi risiko strategis, sambil berusaha bekerja dengan semua negara untuk menciptakan keamanan.

"Kami menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperangi," bunyi pernyataan tersebut dalam versi bahasa Inggris melansir Reuters.

"Karena penggunaan nuklir akan memiliki konsekuensi yang luas, kami juga menegaskan bahwa senjata nuklir - selama mereka terus ada - harus digunakan untuk tujuan pertahanan, mencegah agresi, dan mencegah perang."

Perancis juga merilis pernyataan itu, dan menggarisbawahi bahwa lima kekuatan nuklir dunia menegaskan kembali tekad mereka atas kontrol senjata nuklir dan perlucutan senjata.

Mereka akan melanjutkan pendekatan bilateral dan multilateral untuk pengendalian senjata nuklir.

Baca juga: Jual Informasi Kapal Perang Nuklir, Pasutri di AS Ditangkap FBI

Pernyataan dari apa yang disebut kelompok P5 tersebut muncul ketika hubungan bilateral antara Washington dan Moskwa memburuk ke level terparah sejak akhir Perang Dingin.

Sementara di saat yang sama, hubungan antara AS dan China juga berada pada titik terendah, karena berbagai ketidaksepakatan.

Pentagon pada November secara tajam meningkatkan proyeksinya atas persenjataan senjata nuklir China selama beberapa tahun mendatang. Dikatakan bahwa Beijing dapat memiliki 700 hulu ledak nuklir pada 2027 dan mungkin 1.000 pada 2030.

Washington telah berulang kali mendesak China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian pengendalian senjata baru.

Ketegangan geopolitik antara Moskwa dan negara-negara Barat telah meningkat karena kekhawatiran tentang pembangunan militer Rusia di dekat negara tetangga Ukraina.

Kremlin mengatakan dapat memindahkan pasukannya di sekitar wilayahnya sendiri jika dianggap perlu.

Baca juga: Akademisi Terkemuka China: Australia Akan Jadi Target Perang Nuklir

Pada Kamis (30/1/2021) Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa kemungkinan pergerakan ke Ukraina akan berujung pada sanksi dan peningkatan kehadiran AS di Eropa, di mana ketegangan memuncak setelah penumpukan militer Rusia di perbatasan.

Pejabat AS dan Rusia akan mengadakan pembicaraan keamanan pada 8 pada 10 Januari, untuk membahas kekhawatiran tentang aktivitas militer masing-masing dan menghadapi meningkatnya ketegangan di Ukraina, menurut kedua negara.

Sebuah konferensi tentang perjanjian nuklir besar yang akan dimulai pada Selasa (4/1/2022) di PBB ditunda hingga Agustus karena pandemi Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com