Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Ancam Kerahkan Rudal Nuklir Jarak Menengah di Eropa, Ini Sebabnya

Kompas.com - 14/12/2021, 10:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

MOSKOW, KOMPAS.com - Rusia mengatakan pada Senin (13/12/2021) bahwa pihaknya mungkin terpaksa akan mengerahkan rudal nuklir jarak menengah di Eropa.

Rencana tindakan ini sebagai tanggapan atas apa yang dilihat Rusia sebagai rencana Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melakukan hal yang sama.

Peringatan dari Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov tersebut meningkatkan risiko penumpukan senjata baru di benua itu.

Baca juga: Putin Sesalkan Keruntuhan Uni Soviet: Rusia yang Bersejarah Hilang

Ini bisa menjadi ketegangan Timur-Barat yang terburuk sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.

Ryabkov mengatakan Rusia akan dipaksa untuk bertindak jika Barat menolak untuk bergabung dengannya dalam moratorium kekuatan nuklir jarak menengah (INF) di Eropa.

INF merupakan bagian dari paket jaminan keamanan yang tengah diupayakan untuk meredakan krisis di Ukraina.

Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA, kurangnya kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik akan membuat Rusia menanggapi dengan cara militer, dengan teknologi militer.

“Artinya, ini akan menjadi konfrontasi, ini akan menjadi putaran berikutnya,” katanya seperti dikutip Reuters, Selasa (14/12/2021.

Senjata nuklir jarak menengah yang memiliki jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.400 mil) dilarang di Eropa berdasarkan perjanjian 1987 antara pemimpin Soviet saat itu Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan.

Kebijakan tersebut telah dipuji sebagai pelonggaran besar atas ketegangan Perang Dingin.

Baca juga: Biden: Rusia Akan Membayar Harga yang Mengerikan Jika Serang Ukraina

Pada tahun 1991, kedua belah pihak telah menghancurkan hampir 2.700 senjata nuklir mereka.

Namun, Washington menarik diri dari pakta tersebut pada 2019 setelah mengeluh selama bertahun-tahun atas dugaan pelanggaran seputar pengembangan rudal jelajah yang diluncurkan Rusia.

Moskow menyebut rudal itu sebagai 9M729 dan NATO menyebutnya sebagai " Screwdriver” atau “Obeng".

Sementara itu, pakar kebijakan luar negeri Rusia dan kontrol senjata di Universitas Innsbruck di Austria, Gerhard Mangott, memandang jika NATO benar bahwa Rusia telah menerapkan sistem ini di bagian Eropa negara itu, di sebelah barat Pegunungan Ural, maka ancaman Ryabkov adalah ancaman kosong.

Tetapi jika penolakan Rusia itu benar, maka peringatan Moskow adalah sinyal terakhir kepada NATO bahwa mereka harus mengadakan pembicaraan dengan Rusia tentang perjanjian pembekuan-pembekuan.

"Jika NATO tetap pada posisi untuk tidak bernegosiasi tentang kesepakatan, maka kita pasti akan melihat Rusia mengerahkan rudal Obeng di perbatasan paling baratnya," Gerhard Mangott.

Baca juga: Lewat Pertemuan G7, Inggris Dorong Persatuan Lawan Agresi Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com