Banyak orang bahkan belum berani menghadiri kebaktian gereja hari Minggu di negara kepulauan Pasifik berpenduduk 800.000 orang yang banyak pemeluk Kristen-nya tersebut, ungkap Nason Ta'ake pemimpin pemuda Gereja Wesley United di Honiara.
"Hanya ada beberapa orang yang menghadiri kebaktian gereja karena sebagian besar masih takut," kata Ta'ake.
Setelah meninggalkan gereja, jemaat mulai mendatangi toko-toko untuk mencari makanan dan barang-barang penting tetapi sangat sedikit yang buka, imbuhnya.
Ditutupnya perbatasan selama dua tahun akibat pandemi virus corona membuat perekonomian Solomon yang sudah porak-poranda, semakin buruk dengan pengangguran dan kemiskinan yang meluas.
Perkiraan awal kerugian, yang dirilis akhir pekan ini oleh Bank Sentral Kepulauan Solomon, mengatakan bahwa 56 bangunan di ibu kota dibakar dan dijarah. Banyak bisnis baru bisa pulih selama setahun.
Kerugian ekonomi akibat kerusuhan di Kepulauan Solomon diperkirakan setidaknya 28 juta dollar AS (Rp 401 miliar).
Gubernur Bank Sentral memperingatkan, rekening negara yang susah payah untuk pulih dari pandemi Covid-19, semakin melemah oleh kerusuhan di Kepulauan Solomon.
Baca juga: Kerusuhan di Kepulauan Solomon: Kronologi dan 4 Penyebabnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.