Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan di Kepulauan Solomon Mereda, Warga Gotong Royong Bersihkan Jalan

Kompas.com - 28/11/2021, 13:52 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

HONIARA, KOMPAS.com - Warga Kepulauan Solomon gotong royong membersihkan pecahan kaca, puing-puing, dan sampah dari jalan-jalan pada Minggu (28/11/2021) setelah kerusuhan mereda.

Kerusuhan di Kepulauan Solomon mereda seiring pasukan penjaga perdamaian asing dikerahkan untuk memulihkan ketenangan.

Di salah satu sudut jalan di Pecinan yang menjadi pusat kerusuhan selama tiga hari dengan pembakaran dan penjarahan bangunan, sejumlah mahasiswa dari institut teknik menggunakan garu dan sekop untuk membersihkan jalan, kata koresponden AFP di Honiara.

Baca juga: Kerusuhan di Kepulauan Solomon, Dipicu Pengalihan Hubungan Diplomatik dari Taiwan ke China

Gundukan sampah masih berjajar di jalan-jalan sekitarnya, menjadi pengingat akan kerusuhan di Kepulauan Solomon yang sebagian disebabkan oleh kemiskinan, kelaparan, dan frustrasi dengan kebijakan Perdana Menteri Manasseh Sogavare.

Jam malam yang tidak tertentu dan kehadiran sekitar 150 penjaga perdamaian asing dari Australia dan Papua Nugini, serta polisi setempat, tampaknya berkontribusi memadamkan kerusuhan.

"Situasi sudah tenang dan orang-orang beraktivitas seperti biasa, tetapi kami masih belum tahu apa yang akan terjadi," kata petugas Palang Merah Kennedy Waitara kepada AFP.

Waitara menambahkan, banyak toko makanan hangus dibakar dalam kerusuhan tersebut.

"Tidak heran jika kita mengalami kelangkaan pangan dan kenaikan harga."

"Pengangguran pasti akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang karena orang-orang pasti akan kehilangan pekerjaan sekarang dan akan merasa sulit."
Petugas Palang Merah itu mengatakan, dia melihat beberapa toko menaikkan harga beras dan barang-barang lainnya. Orang-orang juga mulai mengantre untuk membeli bensin.

Baca juga: Kerusuhan di Kepulauan Solomon, Australia Kerahkan Polisi dan Pasukan Keamanan

Banyak orang bahkan belum berani menghadiri kebaktian gereja hari Minggu di negara kepulauan Pasifik berpenduduk 800.000 orang yang banyak pemeluk Kristen-nya tersebut, ungkap Nason Ta'ake pemimpin pemuda Gereja Wesley United di Honiara.

"Hanya ada beberapa orang yang menghadiri kebaktian gereja karena sebagian besar masih takut," kata Ta'ake.

Setelah meninggalkan gereja, jemaat mulai mendatangi toko-toko untuk mencari makanan dan barang-barang penting tetapi sangat sedikit yang buka, imbuhnya.

Ditutupnya perbatasan selama dua tahun akibat pandemi virus corona membuat perekonomian Solomon yang sudah porak-poranda, semakin buruk dengan pengangguran dan kemiskinan yang meluas.

Perkiraan awal kerugian, yang dirilis akhir pekan ini oleh Bank Sentral Kepulauan Solomon, mengatakan bahwa 56 bangunan di ibu kota dibakar dan dijarah. Banyak bisnis baru bisa pulih selama setahun.

Kerugian ekonomi akibat kerusuhan di Kepulauan Solomon diperkirakan setidaknya 28 juta dollar AS (Rp 401 miliar).

Gubernur Bank Sentral memperingatkan, rekening negara yang susah payah untuk pulih dari pandemi Covid-19, semakin melemah oleh kerusuhan di Kepulauan Solomon.

Baca juga: Kerusuhan di Kepulauan Solomon: Kronologi dan 4 Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com