Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Pertumpahan Darah, PM Sudan Menjabat Lagi Usai Buat Kesepakatan dengan Militer

Kompas.com - 24/11/2021, 17:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

KHARTOUM, KOMPAS.com - Hampir sebulan setelah dicopot dari jabatannya dan dijadikan tahanan rumah, Perdana Menteri (PM) Sudan Abdalla Hamdok kembali ke posisinya.

Kepada CNN pada Selasa (23/11/2021) dia mengaku berkompromi dalam kesepakatan dengan militer Sudan untuk "menghindari pertumpahan darah" dan perang saudara di Sudan.

Baca juga: Dalam Bentrok Menentang Militer Sudan, Remaja 16 Tahun Tewas Tertembak di Kepala

PM Sudan dan menteri lainnya ditahan selama kudeta militer bulan lalu yang membuat pemerintah pembagian kekuasaan negara itu dibubarkan. Sejak itu, lebih dari 40 orang tewas dalam protes.

Tetapi panglima militer negara itu, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, mengembalikan Hamdok pada Minggu (21/11/2021) sebagai bagian dari kesepakatan antara kepemimpinan militer dan sipil di negara itu.

Hamdok mengaku "menyesali pertumpahan darah" yang terjadi setelah kudeta 25 Oktober. Dia mengatakan perjanjian telah ditandatangani untuk "menghindari pembunuhan lebih lanjut."

"Ini bukan kepentingan pribadi bagi saya," katanya. "Ada motto yang mengatakan Anda akan mati untuk negara. Saya mengambil keputusan yang tepat."

Baca juga: Setelah Kudeta Berdarah, Militer Sudan Akan Kembalikan Posisi PM Abdalla Hamdok

Berdasarkan kesepakatan yang disepakati oleh Hamdok dan Al-Burhan, Hamdok kembali menjadi pemimpin pemerintahan transisi, sampai dapat menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis.

Dewan Menteri, yang dibubarkan pada 25 Oktober, akan dipulihkan dan kepemimpinan sipil dan militer akan berbagi kekuasaan.

Konstitusi akan diamendemen untuk menguraikan kemitraan antara warga sipil dan militer dalam pemerintahan transisi.

Tetapi perjanjian itu juga mencakup restrukturisasi yang belum ditentukan, menurut Mudawi Ibrahim, seorang pejabat terkemuka di Inisiatif Pasukan Nasional (NFI) yang membantu menengahi pembicaraan, dan telah mendapat perlawanan di Sudan.

Baca juga: UPDATE Demo Kudeta Sudan, 40 Demonstran Tewas

Polisi menembakkan gas air mata ke sekelompok besar pengunjuk rasa di dekat istana presiden di Khartoum pada Minggu (21/11/2021), menurut saksi mata di lapangan.

Kesepakatan itu ditolak oleh koalisi Pasukan Kebebasan dan Perubahan Sudan (FCC), yang bersikeras bahwa "tidak ada negosiasi, tidak ada kemitraan, atau legitimasi bagi para komplotan kudeta."

Pada Senin (22/11/2021), Ibrahim mengatakan kepada CNN bahwa perjanjian itu "sangat memalukan bagi Perdana Menteri". Namun menambahkan bahwa itu telah diterima "demi negara."

"Ada begitu banyak orang yang sekarat di jalanan ... jadi Perdana Menteri harus mengambil langkah ini dan menerima penghinaan itu," katanya.

Namun Hamdok, yang ditahan di bawah tahanan rumah hingga Minggu (21/11/2021), membantah anggapan bahwa dia telah dipermalukan dan bersikeras telah membuat pilihan yang tepat.

 Baca juga: Demo Anti-Kudeta Sudan Ricuh, 1 Demonstran Tewas Ditembak Pasukan Keamanan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com