KOMPAS.com - Eropa kini tengah menghadapi gelombang keempat Covid-19. Wajar jika kita bertanya apakah negara lain akan dihadapkan pada nasib yang sama.
Ada beberapa faktor yang akan menjadi penentu: tingkat vaksinasi, sebaran vaksinasi booster atau dosis ketiga yang tinggi, vaksinasi pada anak-anak dan apakah strategi ventilasi yang komprehensi, serta pemakaian masker, testing dan pelacakan masih diterapkan atau tidak.
Pemodelan yang dikeluarkan lembaga OzSAGE NSW di Australia menunjukkan kemungkinan Australia mengalami lonjakan kasus mulai pertengahan Desember dengan puncak yang diprediksi pada Februari 2022, meski tingkat vaksinasi tinggi.
Baca juga: 5 Penyebab Lonjakan Covid-19 di Eropa, Bahaya Berpuas Diri Saat Vaksinasi Tinggi
OzSAGE memperingatkan jika pelacakan kontak tidak dipertahankan dan anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun tetap tidak divaksinasi, rumah sakit mungkin akan kewalahan lagi.
Tetapi jika kita anak-anak divaksinasi sambil terus mempertahankan jumlah testing dan pelacakan yang tinggi, hasil akhirnya juga akan bagus.
Seandainya virus yang mendominasi penularan saat ini masih adalah jenis virus pertama di tahun 2020, jumlah kasus Covid-19 pastinya sudah terkendali dengan baik di negara-negara yang lebih dari 70 persen populasinya sudah divaksinasi.
Sayangnya, begitu vaksin tersedia, varian baru juga mulai muncul.
Varian Delta yang dominan saat ini lebih berbahaya karena jauh lebih menular dan berpotensi membobol perlindungan vaksin.
Ini berarti tingkat vaksinasi haruslah sangat tinggi, yakni lebih dari 90 persen dari semua orang sudah divaksinasi, termasuk anak-anak usia 5-11 tahun, untuk bisa mengendalikan virus.
Selain itu, kita perlu mulai memikirkan ulang definisi "vaksinasi lengkap" menjadi tiga kali lipat, bukan dua kali lipat.
Dosis ketiga vaksin Covid-19 yang tidak merata di Eropa mungkin menjadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 yang di sana.
Jerman, misalnya, bulan Oktober lalu mendorong diberikannya booster untuk orang berusia 70 tahun ke atas dan beberapa kelompok rentan.
Pada 18 November, negara tersebut baru mengubah perizinan booster bagi warga berusia 18 tahun ke atas sebagai reaksi atas lonjakan jumlah kasus Covid-19.
Baca juga: Singapura: Suntikan Booster Covid-19 adalah Keharusan
Mulai Desember ini, warga berusia di atas 50 tahun yang memenuhi syarat baru mulai mendapatkannya.