Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 November 1977: Kunjungan Bersejarah Pemimpin Mesir ke Israel

Kompas.com - 19/11/2021, 10:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

Meski mengalami kekalahan, kepercayaan diri negara Arab mulai kembali karena berhasil menguasai kembali beberapa wilayah di Semenanjung Sinai.

Setelah perang itu, Sadat kembali mengambil inisiatif damai dengan Israel untuk mengembalikan wilayah Semenanjung Sinai.

Kunjungannya ke Israel di tahun 1977 mendapat sambutan postif dari Barat, khususnya Presiden Amerika Serika Jimmy Carter.

Jimmy Carter pun menjadi mediator damai antara Anwar Sadat dan Menachem Begin yang menghasilkan Perjanjian Camp David.

Setelah perjanjian itu, Semenanjung Sinai secara bertahap kembali ke pangkuan Mesir.

Perjanjian itu mengubah peta politik di Timur Tengah dan status Mesir di mata negara Arab lainnya.

Akibatnya, Mesir sempat diusir dari keanggotaan Liga Arab pada tahun 1979 hingga 1989.

Baca juga: 6 Oktober 1981: Presiden Mesir Anwar Sadat Ditembak

Sadat dianggap mengkhianati orang Arab yang berjuang melawan penjajahan Israel di Palestina.

Tak hanya soal sikap dengan Barat, hal berbeda yang dilakukan oleh Sadat adalah memberi ruang bagi kelompok kanan yang sebelumnya disisihkan oleh Nasser.

Namun, sikapnya itu justru menjadi bumerang baginya.

Anwar Sadat terbunuh di tangan kelompok al-Jihad yang menentang perjanjian Camp David.

Baca juga: Ulang Tahun 16 November, Inilah Sepak Terjang Legenda MU Paul Scholes

Ia dibunuh pada saat menonton parade militer untuk memperingati Perang Yom Kippur 1973.

Empat orang pria bersenjata melompat dari kendaraan militer dan menuju ke arah Anwar Sadat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com