BAGHDAD, KOMPAS.com - Irak menyebut serangan drone yang menargetkan rumah Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhimi pada Minggu (7/10/2021) adalah tindakan teroris yang pengecut.
Al-Kadhimi muncul dalam rekaman video yang diterbitkan oleh kantornya pada Minggu, memimpin pertemuan dengan komandan keamanan tinggi untuk membahas serangan drone yang telah menargetkan rumahnya.
"Serangan teroris pengecut yang menargetkan rumah perdana menteri tadi malam dengan tujuan membunuhnya, adalah penargetan serius negara Irak oleh kelompok-kelompok bersenjata kriminal," kata kantor PM dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Minggu (7/10/2021).
Baca juga: PM Irak Nyaris Dibunuh Drone, AS Kecam Itu Tindakan Terorisme
Sumber keamanan Irak mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan pesawt tak berawak itu mengakibatkan 6 anggota pasukan perlindungan PM terluka.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saad Maan mengatakan kepada televisi pemeirntah Al-Iraqiya bahwa aa 3 drone yang berhasil dilumpuhkan oleh pasukan keamanan negara Irak.
Drone ketiga telah meluncurkan serangan mengenai kediaman Mustafa Al-Kadhimi di Zona Hijau Baghdad.
Zona Hijau Baghdad adalah lokasi berdirinya gedung-gedung pemerintahan dalam dan luar negeri.
Sejauh ini belum ada kelompok milisi yang mengaku bertanggung jawab atas serangan drone yang menargetkan kediaman PM Irak pada Minggu (7/10/2021).
Al-Kadhimi telah mencurigai kelompok yang bertanggung jawab dengan mengatakan bahwa dalang upaya pembunuhannya sudah dikenal luas dan akan diungkap segera.
Baca juga: PM Irak Jadi Target Upaya Pembunuhan, Rumahnya Diserang Drone
"Kami akan mengejar mereka yang melakukan kejahatan kemarin. Kami mengenal mereka dengan baik dan kami akan mengekspos mereka,” kata PM Irak tersebut, menurut sebuah pernyataan dari kantornya.
Mustafa Al-Kadhimi sebelumnya telah meminta publik untuk "tenang dan menahan diri" dalam sebuah unggahan di Twitter.
Presiden Irak Barham Salih mengatakan serangan drone itu sebuah "agresi teroris" dan "kejahatan keji" terhadap Irak.
“Ini membutuhkan persatuan melawan pelaku kejahatan yang menargetkan keamanan negara ini dan keselamatan rakyatnya,” kata Salih di Twitter.
Serangan drone yang menargetkan rumah PM Irak terjadi beberapa pekan saja setelah pemilu yang disengketakan oleh kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran.
Dua hari sebelumnya juga telah terjadi protes mematikan oleh pendukung kelompok bersenjata di ibu kota Irak karena hasil pemilu yang diadakan pada 10 Oktober.
Baca juga: Otak Serangan Bom Bunuh Diri Paling Mematikan Baghdad 2016 Ditangkap Irak
Kelompok-kelompok yang memimpin protes adalah milisi bersenjata lengkap yang didukung Iran, yang kehilangan banyak kekuasaan parlementer mereka dalam pemilihan.
Mereka menuduh ada kecurangan dalam pemungutan suara dan penghitungan suara.
Polisi menanggapi dengan gas air mata dan tembakan langsung, menewaskan sedikitnya satu demonstran.
Beberapa pemimpin faksi milisi yang paling kuat secara terbuka menyalahkan Al-Kadhimi atas bentrokan Jumat (5/10/2021) dan kematian pengunjuk rasa saat itu.
“Darah para martir akan membuat Anda bertanggung jawab,” kata Qais Al-Khazali, pemimpin milisi Asaib Ahl Al-Haq, berbicara di pemakaman yang diadakan untuk pengunjuk rasa.
“Para pengunjuk rasa hanya memiliki satu tuntutan terhadap kecurangan dalam pemilihan. Menjawab seperti ini (dengan tembakan langsung) berarti Anda yang pertama bertanggung jawab atas penipuan ini,” katanya.
Baca juga: Irak Klaim Tangkap Sami Jasim Al-Jaburi, Kepala Keuangan ISIS