Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Isu Utama KTT Iklim COP26 Glasgow Hari Kedua

Kompas.com - 05/11/2021, 00:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

GLASGOW, KOMPAS.com - Ketika para pemimpin dunia meninggalkan Glasgow, delegasi di COP26 Glasgow menyingsingkan lengan baju mereka untuk melakukan pekerjaan sebenarnya.

Pada hari kedua COP26 Glasgow, negosiator nasional sekarang menyelami seluk-beluk pembicaraan, mencoba mencapai kesepakatan dalam segala hal mulai dari transparansi pelaporan emisi hingga perlindungan hutan.

Setiap hari konferensi memiliki tema yang ditetapkan untuk memandu percakapan dan pembuatan kesepakatan. Pada Rabu (3/11/2021) topik utama adalah keuangan, inilah yang terjadi.

Baca juga: COP26 Dihadiri Negara Kaya, Tapi Sulit bagi Negara Miskin

Terobosan pendanaan bahan bakar fosil

Setidaknya 20 negara setuju mengakhiri pembiayaan untuk proyek bahan bakar fosil di luar negeri, kata seorang pejabat Inggris kepada CNN, dalam kesepakatan yang diharapkan akan diumumkan Kamis (4/11/2021).

Sumber lain yang dekat dengan negosiasi COP26 mengatakan AS adalah sponsor dalam perjanjian tersebut. Pejabat di Departemen Luar Negeri AS tidak menanggapi CNN untuk mengonfirmasi keterlibatan negara itu.

Beberapa negara setuju untuk mengakhiri pembiayaan internasional untuk batu bara. Tetapi perjanjian ini akan menjadi yang pertama untuk memasukkan proyek minyak dan gas juga.

Pengumuman itu muncul setelah serangkaian laporan selama beberapa bulan terakhir. Isinya menunjukkan dunia perlu segera mengurangi pembakaran bahan bakar fosil, jika planet ini berusaha menghindari pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature, misalnya, menemukan bahwa sebagian besar cadangan minyak, gas alam, dan batu bara yang tersisa di planet ini harus tetap berada di dalam tanah pada 2050. Ini untuk menghindari konsekuensi terburuk dari perubahan iklim.

Sebagian besar wilayah di seluruh dunia, menurut penulis, harus mencapai puncak produksi bahan bakar fosil sekarang atau dalam dekade berikutnya, untuk membatasi ambang batas iklim kritis.

Kesepakatan pembiayaan "mewakili perubahan norma yang tidak terpikirkan beberapa tahun yang lalu," Iskander Erzini Vernoit, ahli keuangan iklim di think tank E3G, mengatakan kepada CNN.

"Kami telah melihat ini beralih dari konsep terluar hingga mainstream intinya."

Baca juga: COP26 Glasgow, Kremlin Bantah Komentar Biden yang Sebut Rusia Tidak Serius karena Putin Absen

Negara-negara termiskin menghadapi 'jebakan utang' iklim

46 negara kurang berkembang di dunia berbicara tentang kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim terhadap negara mereka, dan bantuan yang sangat mereka butuhkan untuk menghadapinya.

Negara-negara kaya berjanji menyediakan 100 miliar dollar AS (1,4 kuadriliun) per tahun kepada negara berkembang untuk adaptasi dan mitigasi pada 2020, sebuah janji yang belum terpenuhi.

Namun, banyak negara termiskin di dunia mengatakan bahkan jumlah itu tidak cukup. Mereka semakin mendorong perbaikan iklim atas kerugian dan kerusakan yang telah ditimbulkan selama bertahun-tahun.

Dana terbatas yang tersedia tetap tidak dapat diakses oleh banyak negara.

"Kami tidak memiliki kapasitas, akses adalah masalah besar ... karena sebagian besar jendela pendanaan ini memiliki persyaratan yang berbeda, tantangan yang berbeda," kata Sonam Wangdi, ketua Kelompok Negara Miskin.

"Maksud saya, jika Anda mengalami bencana iklim, dan Anda mengajukan pinjaman, itu membutuhkan waktu empat atau lima tahun. Itu tidak masuk akal. Anda tidak dapat membantu orang-orang Anda, tidak dapat membiayai kembali, membangun kembali, atau menjamin penghidupan.”

Menurutnya, negara-negara termiskin kemudian dipaksa untuk meminjam uang, sehingga membawa mereka ke dalam "jebakan utang".

Baca juga: COP26 Glasgow, China Balas Kritik Biden soal Absennya Xi Jinping

RUU untuk memenuhi janji hutan Biden

Seorang Politisi Demokrat yang terkemuka di Dewan Perwakilan Rakyat AS memperkenalkan RUU, yang memberikan bobot finansial di belakang komitmen Presiden AS Joe Biden, untuk mengakhiri dan membalikkan deforestasi.

Undang-undang Pemimpin Mayoritas DPR Steny Hoyer akan membentuk dana perwalian 9 miliar dollar AS (Rp 129 triliun) di Departemen Luar Negeri AS. Dana ini untuk membiayai proyek konservasi hutan bilateral dengan negara-negara berkembang di seluruh dunia. Jumlah yang sama yang menurut Biden harus disumbangkan AS.

“Kami membutuhkan mereka untuk menyimpannya (pohon) di tanah,” kata Hoyer kepada CNN – berbicara tentang mencegah negara-negara menebang pohon. "Langkah pertama (adalah) berhenti penggundulan hutan."

Lebih dari 100 pemimpin dunia yang mewakili lebih dari 85 persen hutan di planet ini berkomitmen minggu ini, untuk mengakhiri dan membalikkan deforestasi dan degradasi lahan pada 2030. Ini adalah kesepakatan penting pertama yang diumumkan pada KTT iklim COP26 Glasgow.

Dua belas pihak dalam perjanjian - termasuk AS dan Uni Eropa - berkomitmen 12 miliar dollar AS (Rp 172 triliun) dalam pendanaan publik untuk melindungi dan memulihkan hutan, di samping 7,2 miliar dollar AS (Rp 103 triliun) modal swasta.

Baca juga: COP26 Glasgow, Indonesia dan Lebih dari 100 Negara Janji Akhiri Deforestasi Tahun 2030

Perbaikan skala keuangan iklim

Gernot Laganda, kepala Program Pangan Dunia untuk pengurangan risiko iklim dan bencana mengatakan kepada CNN bahwa pendanaan iklim perlu "segera menyeimbangkan skala". Maksudnya untuk mendapatkan lebih banyak dana bagi orang-orang yang paling rentan di garis depan masalah iklim dan hampir kelaparan.

Mitigasi berfokus pada membuat perubahan iklim tidak terlalu parah, dengan beralih ke ekonomi hijau dan memangkas emisi karbon. Sedang adaptasi adalah tentang mengurangi dampak dari kenaikan suhu.

Pendanaan mitigasi, misalnya, akan menjadi hibah untuk membangun ladang pembangkit angin. Sementara uang adaptasi akan digunakan untuk membangun pertahanan banjir.

"80 persen investasi (adalah) dalam mitigasi dalam energi dan mobil listrik dan hanya 20 persen investasi dalam pembangunan ketahanan -- itu sangat buruk," ujar Laganda melansir CNN.

Lagands mengatakan karena frekuensi cuaca ekstrem yang didorong oleh iklim meningkat, lebih banyak yang perlu diinvestasikan pada ketahanan. Pada 2020 saja, cuaca ekstrem membuat 30 juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut WFP.

Baca juga: Jokowi Bertemu Biden di Sela-sela COP26 Glasgow, Minta Junta Myanmar Bebaskan Tahanan Politik

Bankir dukung aksi melawan perubahan iklim

Bank, perusahaan asuransi, dana pensiun, pengelola uang, dan perusahaan keuangan lainnya dengan aset 130 triliun dollar telah mendaftar untuk mengatasi krisis iklim. Ini meningkatkan barisan koalisi yang dipimpin oleh mantan gubernur Bank of England, Mark Carney.

Lebih dari 450 perusahaan di 45 negara mendaftar ke Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) menguasai lebih dari 40 persen aset perbankan global.

Penyelenggaranya memperkirakan dapat memberikan 100 triliun dollar AS (Rp 1,4 kuintiliun) keuangan selama tiga dekade ke depan, lebih dari 3 triliun dollar AS (Rp 43 kuadriliun) per tahun, untuk mempercepat transisi ke capaian bebas emisi karbon.

Meskipun janji itu terdengar bagus, komitmen bebas emisi karbon yang dibuat oleh perusahaan seringkali mengandung celah. Contohnya kurangnya transparansi, dan tidak menyertakan mekanisme penegakan untuk memastikan mereka menindaklanjutinya.

"Kita perlu memastikan bahwa komitmen yang telah dibuat dilacak dan dimintai pertanggungjawabannya. Memastikan integritas komitmen ini dari waktu ke waktu sangat penting untuk benar-benar membuat perbedaan," kata Ben Caldecott, direktur Oxford Sustainable Finance Group di University of Oxford.

"Kita sekarang perlu fokus secara tegas pada kualitas janji yang dibuat oleh lembaga keuangan, bukan hanya kuantitasnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com