MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia mengungkapkan kekhawatirannya mengenai penjualan pesawat nirawak buatan Turki ke Ukraina.
Kantor Kepresidenan Rusia alias Kremlin menyebut penjualan pesawat nirawak Bayraktar TB2 tersebut berisiko mengacaukan situasi di Ukraina timur.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pesawat nirawak tersebut akan berpotensi mengganggu stabilitas di sana sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (27/10/2021).
Baca juga: Pemimpin Senior Al-Qaeda Tewas dalam Serangan Drone AS di Suriah
“Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Turki. Tetapi dalam situasi ini ketakutan kami sayangnya disadari bahwa pengiriman senjata jenis ini ke militer Ukraina berpotensi mengganggu stabilitas situasi di jalur kontak,” kata Peskov kepada wartawan.
Di Ukraina timur, tepatnya di Donbass, terdapat kelompok separatis yang didukung Rusia yang telah memerangi pasukan pemerintah Ukraina.
Konflik di sana pecah sejak 2014 ketika Rusia mencaplok semenanjung Crimea dari Ukraina.
Sejak konflik di Donbass pecah, Ukraina melaporkan bahwa sedikitnya 14.000 orang telah tewas.
Baca juga: Tiga Anjing Terjebak Lava Gunung Berapi di La Palma Coba Diselamatkan Pakai Drone
Ukraina telah membeli pesawat nirawak alias drone Turki yang canggih untuk meningkatkan kekuatan militernya.
Ukraina juga telah mencapai kesepakatan dengan Ankara untuk memproduksi drone yang sama di sebuah pabrik di dekat Kiev.
Drone adalah salah satu dari beberapa aspek yang membuat hubungan Rusia dan Turki menegang. Meski demikian, kedua negara masik menjalin hubungan dekat di bidang lain.
“Kami melihat bahwa begitu senjata tersebut jatuh ke tangan militer (Ukraina), mereka berpotensi digunakan di wilayah (timur) Ukraina ini, dan ini mengarah pada destabilisasi,” kata Peskov.
“Itu tidak berkontribusi pada penyelesaian masalah internal Ukraina,” imbuh Peskov.
Baca juga: Pasukan Arab Saudi Berhasil Tangkis Serangan Drone Pemberontak Houthi
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan, pihaknya mengerahkan drone untuk memaksa separatis pro-Rusia menghentikan tembakan pada Selasa (25/10/2021).
Drone tersebut berhasil menghancurkan unit artileri milik separatis pro-Rusia menggunakan bom berpemandu.
Ukraina sendiri mendapat dukungan militer dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara NATO lainnya.
Turki, yang merupakan salah satu anggota NATO, telah mengkritik pencaplokan Crimea oleh Rusia dan menyuarakan dukungan untuk Ukraina.
Meski demikian, Ankara tetap menjalin hubungan dekat dengan Moskwa di bidang pertahanan dan energi.
Baca juga: Bayraktar TB2, Simbol Kebangkitan Turki Jadi Negara Adidaya Drone
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.