Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Mengerikan dari Penjara Rusia Bocor, Narapidana Disiksa dan Diperkosa

Kompas.com - 06/10/2021, 21:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

MOSKWA, KOMPAS.com - Video mengerikan mengekspos penyiksaan dan pemerkosaan dalam sistem penjara Rusia, di mana narapidana laki-laki diserang secara brutal di depan kamera, lalu diperas untuk melecehkan sesama narapidana menggunakan rekaman itu.

Para aktivis mengatakan gerombolan pemerkosa dikerahkan untuk “menghancurkan” tahanan, dan memaksa mereka menandatangani “pengakuan” atau memberikan kesaksian palsu, saat mereka melakukan skema mengerikan itu.

Baca juga: Imbas Video Mengerikan di Penjara Rusia Bocor, 5 Pejabat Dipecat

Daily Mail pada Rabu (6/10/2021) mewartakan bahwa video-video itu memperlihatkan seorang pria yang berteriak kesakitan karena disiksa dengan pegangan pel di dalam rumah sakit tuberkulosis.

Selain itu, ada juga rekaman seorang tahanan pria memperkosa tahanan lain yang diikat ke tempat tidur, dan sekelompok narapidana mengencingi pria lain.

Setidaknya 40 narapidana diserang secara brutal di depan kamera, menurut para aktivis. Meskipun, bukti yang dapat diandalkan menunjukkan jumlah sebenarnya korban adalah sekitar 200.

Skema mengerikan itu terungkap dalam 40 Gigabyte rekaman yang  diselundupkan keluar dari arsip layanan penjara Rusia, oleh seorang pria Belarusia anonim.

Setelah dibebaskan, pria itu menyerahkan salinan materi selundupan kepada juru kampanye di Gulagu.net, yang telah menerbitkan sebagian dari video itu secara online, sambil menyerukan reformasi.

Baca juga: Rusia Uji Coba Zircon, Rudal Hipersonik Baru dari Kapal Selam

Mail Online meninjau bagian dari materi tersebut, tetapi telah memutuskan untuk tidak mempublikasikan sebagian besar karena sifat rekaman yang sangat mengerikan.

Aktivis mengatakan pemerkosaan, intimidasi dan kekerasan berasal dari penjara di enam wilayah Rusia. Bukti itu sekarang akan diteruskan ke PBB dan Dewan Eropa.

Materi itu dibocorkan oleh seorang programmer Belarusia yang dipenjara di Saratov. Dia digunakan oleh pihak berwenang Rusia untuk menyusun koleksi video penyiksaan mereka, yang difilmkan pada camcorder milik penjara, menurut kelompok itu.

Programer IT itu pun menjadi sasaran pemukulan dan penyiksaan, sebagai akhirnya dia digunakan secara 'profesional' untuk mengarsipkan kumpulan video cabul dari beberapa daerah.

Dia membalas dendam dengan menyalin koleksi video itu, dan membawanya keluar dari Rusia setelah dibebaskan dan kini mencari suaka politik di Barat.

Vladimir Osechkin, yang menjalankan Gulagu.Net, mengatakan: “Kami memanggilnya Belarusia Snowden.”

Ini adalah “pertama kalinya para pembela hak asasi manusia memperoleh informasi sebanyak itu, yang membuktikan sifat sistemik penyiksaan di Rusia.”

Osechkin mengeklaim memiliki bukti bahwa 200 narapidana disiksa dan diperkosa oleh agen FSB dan FSIN di penjara Rusia dengan 40 penggambaran di video.

Baca juga: Pertama Kalinya dalam Lebih dari 100 Tahun, Rusia Gelar Pernikahan Kerajaan

Pimpinan layanan penjara Rusia telah meluncurkan penyelidikan atas video tersebut.

"Jika keaslian bahan-bahan ini dikonfirmasi, tentu saja, ini adalah alasan untuk penyelidikan serius. Tapi pertama-tama perlu dengan cepat namun tenang untuk menyelesaikan ini dan menetapkan keasliannya,” kata Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov.

Selasa (5/10/2021) malam, Kolonel Alexei Fedotov, 55 tahun, kepala layanan Saratov FSIN, mengundurkan diri. Tampaknya, dia menjadi orang yang terlibat dalam skandal.

“Fedotov menyusun surat pengunduran diri. Dia saat ini sedang berlibur, di mana dia mungkin tidak akan kembali bekerja," kata seorang sumber kepada Interfax.

Kantor kejaksaan Rusia meluncurkan penyelidikan.

Tapi Osechkin, yang berbasis di Perancis, mengatakan: "Pihak berwenang Rusia bersikap munafik dan melakukan segala yang mereka bisa untuk menjauhkan diri dari sistem penyiksaannya (yang) dibuat oleh jenderal FSIN dan FSB, dan digunakan untuk menekan keinginan narapidana.”

Osechkin berjanji akan merilis lebih banyak materi dalam beberapa hari mendatang.

Menurutnya, video-video tersebut “membuktikan” bahwa operasi FSB dan FSIN menggunakan pemerkosaan dan penyiksaan lainnya untuk memaksa “kerja sama” dan kepatuhan narapidana.

“Mereka menjadi bagian dari mesin penyiksaan, dengan mengadu pada narapidana lain atau dengan menandatangani kesaksian palsu yang disiapkan oleh penyelidik,” mengutip media Rusia RFE/RL.

“Ini adalah kebocoran yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang akan mengirimkan gelombang kejut ke seluruh negeri. Secara total kami memiliki lebih dari 40 Gigabyte file yang menunjukkan penyiksaan yang meluas," mengutip The Moscow Times.

Baca juga: Putin Dituding Bawa Penerjemah Rusia yang Cantik untuk Mengganggu Perhatian Trump

Media tersebut juga mengatakan berencana merilis kumpulan video selangkah demi selangkah dalam beberapa minggu mendatang, karena sumbernya berada di luar jangkauan otoritas Rusia.

Proyek situs web Gulagu.net diblokir di Rusia, tampaknya atas permintaan FSB dan otoritas penjara.

Penyalahgunaan tercatat di wilayah Saratov, Vladimir, Irkutsk, Belgorod, TransBaikal, dan Kamchatka.

Tanya Lokshina, dari Human Rights Watch, mengatakan organisasinya tidak dapat memverifikasi video tersebut, tetapi rekaman itu “memberikan alasan kekhawatiran yang kuat.”

"Masalah penyiksaan di penjara Rusia sangat akut dan pemerintah tidak melakukan cukup untuk memastikan penyelidikan yang efektif, keamanan korban dan pelapor dan akuntabilitas pelaku," katanya.

Baca juga: China Dihantam Krisis Energi, Minta Rusia Tingkatkan Ekspor Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com