WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Facebook disebut mengutamakan "keuntungan dari pada manusia", hingga merugikan anak-anak dan memicu perpecahan, menurut klaim seorang pelapor tindak pidana (whistleblower) dalam kesaksian di Kongres Amerika Serikat (AS).
Frances Haugen, yang juga mantan karyawan data scientist Facebook, mengatakan perusahaan media sosial raksasa tersebut tahu bahwa platformnya mengarahkan pengguna muda ke konten yang merusak.
Aplikasi Instagram-nya bahkan disebut "bagaikan rokok", yang “candu”, untuk anak di bawah 18 tahun.
Wanita 37 tahun itu juga mengatakan Facebook tidak memiliki cukup staf, untuk menjaga platform tetap aman, dan "benar-benar mengipasi" kekerasan etnis di negara-negara berkembang.
Baca juga: 1,5 Miliar Data Pengguna Facebook Dikabarkan Ditawarkan ke Dark Web
Haugen muncul di Washington pada Selasa (5/10/2021) setelah tampil sebagai narasumber dari serangkaian pengungkapan di Wall Street Journal bulan lalu, berdasarkan dokumen internal Facebook.
Laporan itu mengungkap bahwa Facebook tahu dampak media sosial Instagram merusak kesehatan mental remaja. Fitur News Feed Facebook – papan utama interaksi pengguna dengan layanan – juga telah membuat platform itu lebih terpolarisasi dan memecah belah.
Menurutnya, Facebook tahu pengguna Instagram sedang dituntun ke konten terkait anoreksia. Algoritme "mengarahkan anak-anak dari topik yang sangat tidak berbahaya, seperti resep sehat ... sampai ke konten yang mempromosikan anoreksia dalam waktu yang sangat singkat".
“Saya di sini hari ini karena saya percaya produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi kita,” ujar Haugen, dalam kesaksian pembukaannya melansir Guardian pada Rabu (6/10/2021).
Lebih lanjut kata dia, pimpinan perusahaan tahu bagaimana membuat Facebook dan Instagram lebih aman.Tetapi, mereka tidak akan membuat perubahan yang diperlukan, karena lebih mengutamakan keuntungan yang besar bagi mereka di atas orang lain.
Facebook menurutnya telah menukar keamanan banyak orang demi keuntungannya.
Baca juga: Muak dengan Image Buruk, Facebook Inisiasi Project Amplify
Facebook memiliki 3,5 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh platformnya termasuk Instagram dan WhatsApp.
Pada 2020, Facebook melaporkan laba bersih –lebih dari 29 miliar dollar AS (Rp 413 triliun).
“Selama lebih dari lima jam (gangguan), Facebook tidak digunakan untuk memperdalam perpecahan, mengacaukan demokrasi dan membuat gadis dan wanita muda merasa buruk tentang tubuh mereka,” sindir Haugen mengacu pada gangguan hampir enam jam platform Facebook termasuk Instagram dan WhatsApp, Senin (4/10/2021).
Dia memperingatkan bahwa Facebook membuat pilihan yang "melawan kebaikan bersama". Oleh karena itu, perusahaan media sosial itu harus diperlakukan seperti industri tembakau.
Perusahaan media sosial raksasa itu juga perlu diminta tunduk pada pengawasan pemerintah, setelah diketahui menyembunyikan kerusakan yang disebabkan oleh produknya.