WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri AS mengungkap jumlah bom nuklir, setelah mantan presiden Donald Trump sempat menyembunyikan angkanya.
Per 30 September 2020,militer AS mempertahankan 3.750 hulu ledak nuklir, baik yang masih akfit maupun tidak berfungsi.
Jumlah itu menurun 55 dibandingkan 2019, dan 72 berdasarkan 30 September 2017, dilaporkan kantor berita AFP Rabu (6/10/2021).
Baca juga: Biografi Andrei Sakharov, Pembuat Bom Nuklir yang Beralih Jadi Aktivis HAM
Angka itu juga merupakan yang terendah ketika AS menumpuk nuklirnya untuk menghadapi Uni Soviet dalam Perang Dingin 1967, yang bisa mencapai 31.255 unit.
Perilisan simpanan bom nuklir merupakan upaya AS untuk memulai kembali perundingan pengendalian senjata dengan Rusia, yang sempat mandek di era Trump.
"Meningkatkan transparansi di antara negara nuklir penting bagi upaya non-proliferasi dan pelucutan senjata," jelas Washington.
Sejak menjabat pada 2017-2021, Donald Trump diketahui menarik AS dari sejumlah perjanjian penting dunia.
Sebut saja Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang dibuat untuk membantu menekan produksi nuklir Iran.
Trump juga meninggalkan Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) dan New Start Treaty dengan Rusia pada tahun lalu.
Baca juga: Begini Sejarah Bom Nuklir Pertama di Bumi
Perjanjian Start tersebut membatasi hulu ledak pemusnah massal yang boleh dipegang baik oleh Washington maupun Moskwa.
Dengan membiarkannya kedaluwarsa, maka efek pentingnya adalah jumlah senjata pemusnah massal kedua negara bakal berkurang.
Saat masih menjabat, Trump mengatakan dia ingin perjanjian pembatasan senjata itu juga mencakup China.
Joe Biden yang menggantikannya pada 20 Januari dengan cepat menawarkan perpanjangan lima tahun untuk Traktat Start, yang disetujui Presiden Vladimir Putin.
Kesepakatan baru itu membatasi jumlah senjata nuklir dua negara yang boleh ditempatkan di seluruh dunia di angka 1.550.
Baca juga: IAEA: Buat 1 Bom Nuklir Saja, Iran Tak Punya Cukup Uranium
Pekan lalu, para diplomat dua negara bertemu di Jenewa untuk membahas pengganti Start, sekaligus pengetatan senjata konvensional lainnya.
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam data Januari 2021 melaporkan hulu ledak nuklir AS mencapai 5.550, termasuk yang sudah pensiun.
Tertinggi masih dipegang Rusia (6.255), kemudian China (350), Perancis (290), dan Inggris yang mempunyai 225 unit.
Seentara total senjata pemusnah massal India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara berjumlah 460 bom nuklir, menurut SIPRI.
Baca juga: [HOAKS] Tsunami Aceh 2004 karena Ledakan Bom Nuklir Bawah Laut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.