Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Disembunyikan Trump, Jumlah Bom Nuklir AS Terungkap

Kompas.com - 06/10/2021, 14:06 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri AS mengungkap jumlah bom nuklir, setelah mantan presiden Donald Trump sempat menyembunyikan angkanya.

Per 30 September 2020,militer AS mempertahankan 3.750 hulu ledak nuklir, baik yang masih akfit maupun tidak berfungsi.

Jumlah itu menurun 55 dibandingkan 2019, dan 72 berdasarkan 30 September 2017, dilaporkan kantor berita AFP Rabu (6/10/2021).

Baca juga: Biografi Andrei Sakharov, Pembuat Bom Nuklir yang Beralih Jadi Aktivis HAM

Angka itu juga merupakan yang terendah ketika AS menumpuk nuklirnya untuk menghadapi Uni Soviet dalam Perang Dingin 1967, yang bisa mencapai 31.255 unit.

Perilisan simpanan bom nuklir merupakan upaya AS untuk memulai kembali perundingan pengendalian senjata dengan Rusia, yang sempat mandek di era Trump.

"Meningkatkan transparansi di antara negara nuklir penting bagi upaya non-proliferasi dan pelucutan senjata," jelas Washington.

Sejak menjabat pada 2017-2021, Donald Trump diketahui menarik AS dari sejumlah perjanjian penting dunia.

Sebut saja Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang dibuat untuk membantu menekan produksi nuklir Iran.

Trump juga meninggalkan Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) dan New Start Treaty dengan Rusia pada tahun lalu.

Baca juga: Begini Sejarah Bom Nuklir Pertama di Bumi

Perjanjian Start tersebut membatasi hulu ledak pemusnah massal yang boleh dipegang baik oleh Washington maupun Moskwa.

Dengan membiarkannya kedaluwarsa, maka efek pentingnya adalah jumlah senjata pemusnah massal kedua negara bakal berkurang.

Saat masih menjabat, Trump mengatakan dia ingin perjanjian pembatasan senjata itu juga mencakup China.

Joe Biden yang menggantikannya pada 20 Januari dengan cepat menawarkan perpanjangan lima tahun untuk Traktat Start, yang disetujui Presiden Vladimir Putin.

Kesepakatan baru itu membatasi jumlah senjata nuklir dua negara yang boleh ditempatkan di seluruh dunia di angka 1.550.

Baca juga: IAEA: Buat 1 Bom Nuklir Saja, Iran Tak Punya Cukup Uranium

Pekan lalu, para diplomat dua negara bertemu di Jenewa untuk membahas pengganti Start, sekaligus pengetatan senjata konvensional lainnya.

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam data Januari 2021 melaporkan hulu ledak nuklir AS mencapai 5.550, termasuk yang sudah pensiun.

Tertinggi masih dipegang Rusia (6.255), kemudian China (350), Perancis (290), dan Inggris yang mempunyai 225 unit.

Seentara total senjata pemusnah massal India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara berjumlah 460 bom nuklir, menurut SIPRI.

Baca juga: [HOAKS] Tsunami Aceh 2004 karena Ledakan Bom Nuklir Bawah Laut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com