Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penduduk Gua Lembah Bamiyan Afghanistan yang Diliputi Kemiskinan dan Kelaparan

Kompas.com - 05/10/2021, 18:31 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Di balik lembah Bamiyan di Afghanistan yang bersejarah, terdapat penduduk yang tinggal di dalam gua-gua lereng gunung. Mereka dalam kemiskinan dan kelaparan.

Lembah Bamiyan, Afghanistan masuk dalam Warisan Budaya UNESCO. Dulunya memiliki sebuah patung Buddha raksasa, tetapi telah dihancurkan Taliban pada periode pertama mereka berkuasa.

Sekarang, di Lembah Bamiyan Afghanistan yang bersejarah setidaknya ada ratusan keluarga yang tinggal di gua-gua tebing batu pasir yang diukir oleh para biksu Buddha pada abad ke-5, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (5/10/2021).

Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan

Mereka adalah komunitas yang termiskin di Afghanistan, dan semakin menderita ketika Taliban kembali berkuasa pada Agustus karena terputusnya bantuan internasional, naiknya harga pangan, dan pengangguran meningkat.

Tempat tinggal penduduk gua Lembah Bamiyan tersebut berada di beberapa km dari patung Buddha kuno raksasa berdiri.

Salah satu penduduk gua Lembah Bamiyan, Fatima bercerita bahwa sebagian guanya sekarang sudah runtuh karena hujan lebat pada 1,5 tahun yang lalu.

Bencana tersebut membuat wanita 55 tahun itu terpaksa harus tinggal bersama 3 anggota keluarga di gua yang lebih sempit berukuran 6 meter persegi.

"Kami tidak akan makan malam ini. Dan musim dingin akan segera datang. Kami tidak memiliki apa pun untuk menghangatkan diri," kata Fatima dengan sebagian wajah tertutup hijab.

"Kita hidup dalam penderitaan dan kemalangan," ungkapnya meratapi.

Baca juga: Balas Bom Masjid Afghanistan, Taliban Hancurkan Markas ISIS dan Tewaskan Semua Penghuninya

Buruh harian dari penduduk gua Lembah Bamiyan

Setelah konflik pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban pada Agustus, buruh harian dan kuli angkut semakin kesulitaan mendapatkan pekerjaan dan uang untuk makan.

Sehingga, mereka hanya bisa mengandalkan panen kentang untuk makan. Kentang adalah satu-satunya tanaman yang dapat tumbuh di sana, daerah dengan ketinggian 2.500 meter.

"Saya pergi ke pasar Bamiyan setiap pagi, tapi saya kembali tanpa membawa apa-apa," kata Mahram, seorang tukang batu berusia 42 tahun.

"Ketika ada pekerjaan, saya menghasilkan 300 afghani (Rp 53.466) per hari," ungkapnya.

Sekarang, keluarganya bertahan hidup dengan mengirim anak-anaknya untuk membantu memanen kentang.

"Para petani memberi mereka setengah gaji," kata Mahram. "Hanya itu yang kita miliki, dengan sedikit roti."

"Tetapi dalam 10 hari, panen akan berakhir, dan kami akan benar-benar kelaparan. Orang-orang akan mati," ucapnya putus asa.

Kebanyakan keluarga gua Lembah Bamiyan adalah etnis minoritas Syiah, Hazara, yang telah terpinggirkan dan teraniaya di Afghanistan selama berabad-abad.

Kemenangan Taliban yang merupakan garis keras Sunni telah menyebabkan kepanikan bagi Hazara yang telah dicap sebagai bidat oleh mereka.

"Sangat menakutkan," kata Amena, ibu 5 anak berusia 40 tahun menggambarkan Taliban.

"Tapi mereka (Taliban) belum datang, dan mungkin tidak akan datang jauh-jauh ke tempat kita sekarang," imbuhnya.

Baca juga: Ledakan di Masjid Afghanistan Saat Doa Pemakaman Ibu Juru Bicara Taliban, 2 Orang Tewas

Rumah penduduk gua Lembah Bamiyan

Amena membuka tirai di pintu masuk guanya untuk memperlihatkan sebuah ruangan yang diukir di dinding batu, yang di dalamnya terdapat dua bantal, karpet tipis, dan tungku kayu reyot yang jelaganya menutupi langit-langit.

Di dekat pintu ada seikat ranting kentang, satu-satunya bahan bakar keluarga Amena.

"Kayu terlalu mahal," kata Amena.

Tidak pernah ada listrik di daerah gua Lembah Bamiyan. Sementara untuk mendapatkan air, membutuhkan perjalanan jauh ke sungai di lembah setiap hari.

Wakil kepala dewan lokal, Saifullah Aria (25 tahun), mengatakan situasi di Lembah Bamiyan mengerikan.

"Di sini, orang miskin. Sangat miskin," kata Aria.

"Mereka biasanya menghasilkan 100-200 afghani (Rp 17.819 - Rp 35,639) sehari, tetapi selama 6 pekan terakhir, dengan Taliban (berkuasa), mereka tidak menghasilkan apa-apa," ungkapnya menggambarkan kondisi kemiskinan dan kelaparan di Lembah Bamiyan.

Dia mengatakan bahwa kebanyakan penduduk gua Lembah Bamiyan makan hanya satu kali sehari dengan kentang dan roti.

Aria menambahkan bahwa dia belum pernah melihat LSM mencapai Lembah Bamiyan, dan permintaan bantuan dari otoritas Lembah Bamiyan setempat tidak dijawab.

"Dengan musim dingin yang akan segera datang, (orang) yang terlemah di sini akan mati, itu sudah pasti," ujarnya tentang nasib penduduk gua Lembah Bamiyan Afghanistan yang diliputi kemiskinan dan kelaparan.

Baca juga: Hamas Puji Kemenangan Taliban di Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com